SUKABUMIUPDATE.com - Hingga saat ini konflik antara Israel dan Palestina masih terus memanas dan belum ada tanda-tanda berhenti atau gencatan senjata. Akibatnya dari konflik tersebut, banyak korban jiwa yang berjatuhan dari pihak Palestina.
Imbas serangan tentara Israel yang dianggap keterlaluan terhadap warga Palestina, kini muncul seruan untuk memboikot produk-produk yang mendukung Israel. Ajakan untuk memboikot ini banyak dilakukan di media sosial seperti X atau dulu Twitter.
Merespon hal tersebut, pakar ekonom menyuarakan agar masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam melakukan hal-hal yang bisa merugikan bangsa sendiri. Hal ini seperti aksi memboikot produk-produk tertentu.
Baca Juga: 11 Ciri-ciri Orang Stres Karena Tekanan Hidup, Kamu Salah Satunya?
Dihimpun via Suara.com, diingatkan, agar masyarakat sebaiknya berhati-hati juga terhadap adanya pihak-pihak tertentu yang hanya memanfaatkan konflik Gaza ini untuk tujuan persaingan usaha semata.
Ekonom Mumtaz Foundation dan dosen senior bidang sejarah ekonomi di Institut Agama Islam Tazkia, Dr.Nurizal Ismail, meminta agar yang perlu diperhatikan masyarakat Indonesia khususnya umat Islam adalah terkait label halal dari produk tersebut dan bukan dari negara mana produk itu berasal.
“Yang wajib dilihat itu adalah syarat halalnya sudah terpenuhi belum dari badan jaminan produk halal. Jadi, jangan mengait-ngaitkan dengan negara-negara yang tengah berkonflik saat ini. Itu sesuatu hal yang berbeda,” kata dia dalam keterangannya baru-baru ini.
Baca Juga: 10 Hal yang Membuat Stres dan Cara Mengatasinya, Yuk Kenali!
Dia mencontohkan seperti McDonald, KFC, Starbucks, yang sudah memenuhi syarat halal dan sudah ada sertifikasi halalnya.
“Kita sebagai umat Muslim kan boleh membelinya karena sudah menjadi produk halal,” tukasnya.
Menurutnya, kemunculan gerakan boikot ini tidak hanya sekarang saja muncul tapi sudah dari dulu dan sekarang muncul lagi di saat terjadinya konflik antara Israel dan Palestina dengan ajakan untuk memboikot produk-produk sekutu Israel.
Baca Juga: 11 Ciri-ciri Orang Munafik, Salah Satunya Tidak Bertanggung Jawab
Di sisi lain gerakan boikot ini sebagai emosional gerakan kemanusiaan untuk solidaritas terhadap apa yang dilakukan Israel terhadap warga muslim di Palestina. Tapi disisi lain, itu juga akan merugikan masyarakat Indonesia sendiri.
“Akan ada trade-off. Ketika kita memboikot produk-produk mereka maka akan ada yang dirugikan. Pastinya adalah masyarakat Indonesia sendiri. Misalnya ketika terjadi penurunan pembelian dari produk-produk yang diboikot tersebut maka akan terjadi pengurangan lapangan pekerjaan,” ungkapnya.
Dia mengatakan yang boleh memberikan fatwa boikot itu adalah pemerintah sendiri. Kalau pemerintah memberikan fatwa boikot maka itu harus diikuti sebagaimana dalil dalam Islam yaitu “taatlah kepada Allah dan rasul dan kepada pemimpin-pemimpin kalian”. “Tapi kan ini surat boikotnya adalah dari individual-individual atau kelompok-kelompok masyarakat,” cetusnya.
Baca Juga: 3 Doa untuk Masyarakat Palestina Agar Mendapat Keselamatan dan Perlindungan
Dia menduga bisa jadi isu ajakan boikot terhadap perusahaan-perusahaan sekutu Israel di media sosial itu hanya hoax yang dibuat oleh perusahaan tertentu yang sengaja untuk menjatuhkan perusahaan lain.
Menurutnya, itu bisa saja terjadi. “Bisa jadi ada ‘penumpang gelap’ lah yang sengaja memanfaatkan konflik ini untuk menjatuhkan perusahaan lain,” ungkapnya.
Lanjutnya, selain gerakan boikot itu sebenarnya ada alternatif lain yang bisa dilakukan untuk isu Palestina dengan Israel ini tanpa merugikan masyarakat itu sendiri.
Baca Juga: Digunakan Israel Untuk Bombardir Palestina, Ini 4 Fakta Mengerikan Bom Fosfor Putih
Hal senada juga disampaikan Peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus. Dia mengatakan aksi boikot itu justru akan berdampak terhadap masyarakat Indonesia sendiri.
“Boikot itu hanya akan merugikan ekonomi kita, dan membuat tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang produk-produknya diboikot banyak yang menganggur,” katanya.
Menurutnya, tidak dipungkiri pasti banyak masyarakat Indonesia yang mungkin bekerja di restoran franchise yang aslinya merek dari Amerika atau beberapa brand produk yang merek Amerika Serikat atau bahkan negara-negara sekutu Israel.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia Sangat Marah Terhadap Memburuknya Situasi di Gaza Palestina
“Dan kalau perusahaan-perusahaan itu diboikot, itu artinya akan banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan. Jadi itu, juga harus menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang mau melakukan boikot,” tukasnya.
Dia mengatakan ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memprotes aksi kekerasan Israel terhadap warga Palestina selain aksi boikot yang jelas-jelas akan merugikan masyarakat sendiri dan ekonomi. Misalnya dengan menyerukan agar Israel segera menghentikan aksi militernya ke Palestina.
“Karena, restoran-restoran atau perusahaan yang mereknya dari Amerika atau negara yang disebut sekutu Israel itu, bahan bakunya kan tidak langsung dikirim dari sana tapi dari sini juga. Artinya, industrinya itu kan sudah dilokalisasi semua. Kayak ayam goreng Kentucky atau McD, itu ayamnya luar tapi dalam negeri kita. Jadi, kalau diboikot, itu sama saja dengan merugikan masyarakat kita sendiri,” katanya.
Baca Juga: 8 Ciri Kamu Sedang Mengalami Depresi Berat, Tak Boleh Diabaikan!
Sumber: Suara.com