SUKABUMIUPDATE.com - Bahan plastik merupakan bahan sintetis yang terbuat dari berbagai polimer. Bahan plastik ini banyak digunakan hampir di seluruh industri karena beberapa alasan mulai dari daya tahan, keserbagunaan hingga biaya produksi yang rendah.
Akan tetapi, plastik yang kian menjamur turut menyumbang masalah lingkungan berupa penumpukan sampah berbahan polimer yang sulit terurai. Bahkan, Zainal Abidin dari Program Studi Kimia Fakultas Teknologi Industri ITB mengatakan bahwa konsumsi plastik masyarakat Indonesia mencapai 15 kilogram per orang dalam satu tahun.
Jika nilai ekonominya dihitung dengan konsumsi per orang yang mencapai 15 kilogram per orang lalu dikalikan dengan jumlah penduduk sebanyak 250 juta dan kemudian dikali Rp600 maka totalnya mencapai Rp2,2 triliun.
Kekinian, kabar buruk kembali disematkan ke perusahaan multinasional asal Prancis, Danone. Pasalnya, Danone kembali meraih predikat penyampah plastik air minum dalam kemasan (AMDK) terbesar di Indonesia pada 2022.
Prestasi buruk ini konsisten diraih Danone dalam tiga tahun berturut-turut. Reputasi sama buruknya diraih Danone di arena internasional pada periode yang sama, yakni masuk ke dalam 10 besar penyampah plastik terbesar di dunia.
Predikat penyampah kemasan plastik nomor satu ini berdasarkan audit merek yang dirangkum dalam sebuah laporan berjudul “Sungai Watch Impact Report 2022”, diterbitkan oleh lembaga peduli lingkungan bernama Sungai Watch asal Bali. Kesimpulan didapatkan setelah tim Sungai Watch melakukan penyortiran dan pengauditan sampah plastik berdasarkan merek produk dan produsennya di Bali dan Jawa Timur.
“Kami berharap temuan ini bisa mendorong perusahaan dan masyarakat agar segera mengambil langkah untuk mengatasi polusi plastik,” demikian pernyataan Sungai Watch dalam laporan terbarunya tersebut.
“Tujuan kami adalah untuk menghentikan plastik mengalir ke laut dan mencari upaya untuk terlebih dahulu mencegah polusi plastik agar tidak masuk ke sungai,” papar Sungai Watch.
Menurut Sungai Watch, alasan utama di balik audit merek dari sampah plastik yang dikumpulkan, adalah karena sudah mendesak dilakukan pengumpulan data polusi plastik sebanyak-banyaknya.
“Tujuannya untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh dari mana sumber sampah plastik, dan praktik atau industri apa yang bertanggungjawab atas sampah tersebut,” papar Sungai Watch.
Berdasarkan data sampah yang diaudit sebanyak 235,218 item sampah plastik dari Bali dan Jawa Timur, sampah plastik produk Danone mencapai rekor tertinggi dengan angka 10%. Danone di Indonesia dikenal sebagai market leader AMDK dengan dua merek yang sangat terkenal.
Dari semua produk milik Danone, kemasan gelas plastik sekali pakai ditemukan menjadi penyampah terbesar dengan capaian angka 63%, disusul dua merek botol AMDK (27% dan 5%), tutup galon guna ulang (3%), dan botol minuman ringan (1%). Kecuali kemasan gelas plastiknya (PP), botol AMDK produksi Danone ini diproduksi dari bahan plastik PolyEtilena Tereftalat (PET).
Danone juga menempati posisi teratas pada 2021 dan 2020 berdasarkan laporan Sungai Watch.
Posisi penyampah terbesar kedua dalam laporan Sungai Watch diduduki oleh produk Orang Tua,yang mencatatkan 7 persen dari total limbah sampah plastik yang diaudit (95 persen sampah teh gelas). Perusahaan penyampah terbesar ketiga ditempati oleh Wings, produsen minuman ringan dan mie instan.
Berdasarkan laporan Sungai Watch, tim mereka berhasil mengeluarkan 535,246 kg sampah non-organik dari sungai dan laut di Pulau Bali dan Jawa Timur pada 2022. Dari jumlah itu, sebanyak 235,218 item diaudit dan dipilah berdasarkan merek.
Salah satu teknik pengumpulan yang mereka lakukan adalah dengan memasang penghalang sampah di permukaan sejumlah sungai untuk mencegah sampah plastik agar tidak terus mengalir ke lautan.
Sebelumnya di lokasi berbeda, hasil survei Brand Audit sampah plastik yang dilakukan Tribunnews Bogor bekerjasama dengan para relawan lingkungan pada 22-27 September 2022 di 11 kelurahan Kota Bogor yang dilintasi aliran Sungai Ciliwung, menempatkan Danone di posisi puncak sebagai penyampah plastik terbesar dengan kontribusi 40,4 persen, mengalahkan merek AMDK lainnya.
Sementara itu, di negeri asalnya sendiri di Prancis, Danone, saat ini tengah menghadapi gugatan hukum serius. Awal tahun ini, tiga organisasi lingkungan besar menyeret Danone ke pengadilan Prancis, dengan tuduhan gagal menangani masalah sampah plastik yang mereka produksi selama bertahun-tahun beroperasi di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia, di mana Danone menjadi pemimpin pasar AMDK.
Tiga kelompok lingkungan yang mengajukan gugatan yaitu Surfrider, ClientEarth dan Zero Waste France, menggugat Danone ke pengadilan karena selama bertahun-tahun dinilai tidak cukup serius mengurangi jejak sampah plastiknya.
Menurut hasil audit merek terbaru yang dilakukan oleh lembaga Break Free From Plastic (BFFP) sepanjang 2018-2022, Danone berada dalam 10 besar pencemar sampah plastik terbesar di dunia bersama Coca Cola, PepsiCo, Unilever dan Nestle.
“Danone terus maju tanpa rencana serius untuk menangani masalah plastik mereka, meskipun sudah ada kekhawatiran yang disampaikan para pakar iklim dan kesehatan serta para konsumen. Danone punya kewajiban hukum untuk menghadapi masalah ini,” kata Rosa Pritchard, seorang pengacara untuk ClientEarth, salah satu dari tiga organisasi lingkungan yang menggugat Danone.
Lebih lanjut, yang agak menakutkan lagi adalah ClientEarth mengatakan bahwa plastik yang digunakan Danone setiap tahun beratnya lebih dari 74 kali berat Menara Eiffel.
Laporan keuangan Danone juga mengungkapkan bahwa pada 2021, Danone menggunakan 750.000 ton plastik. Jumlah ini jauh lebih besar dari penggunaan plastik Danone pada 2020 yang mencapai 716.500 ton. Semua plastik yang digunakan Danone utamanya untuk kemasan botol Air Mineral, kemasan yoghurt dan kemasan lainnya.
Sejauh ini, Danone membela diri dengan mengklaim bahwa sepanjang 2018-2021 mereka telah mengurangi penggunaan plastik hingga sebesar 12 persen. Danone juga mengklaim berkomitmen hanya akan menggunakan plastik daur ulang dan guna ulang pada 2025.
Akan tetapi, klaim Danone kemudian dibantah oleh lembaga Ellen MacArthur Foundation, yang bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membangun program keikutsertaan (voluntary program) yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar untuk mengatasi sampah plastik.
“Danone tidak berada pada jalur yang benar untuk mencapai target tersebut,” demikian tulis laporan Ellen MacArthur Foundation (New York Times, 9/01/2023).