SUKABUMIUPDATE.com - Es krim Mixue saat ini tengah banyak digemari di banyak daerah di Indonesia tak terkecuali di Sukabumi.
Di wilayah Kota Sukabumi sendiri gerai Mixue sudah ada empat dan tersebar di beberapa titik seperti Ciaul, Cikole, Gunungparang, dan Bhayangkara.
Bahkan kata Mixue sempat menjadi trending di Twitter, lantaran banyak netizen yang membicarakan jika brand es krim tersebut sedang menjajah Indonesia. Alasannya gerai Mixue selalu terlihat di setiap sudut kota.
Di media sosial bahkan beredar sebuah unggahan hasil tangkapan layar yang menunjukan banyaknya lokasi cabang Mixue di Google Maps.
Baca Juga: Gerai Mixue di Sukabumi Ini Sudah Mulai Banyak Ditanya Konsumen Soal Label Halal
Namun dibalik itu semua, Mixue atau lengkapnya Mixue Bingcheng (Mixue Ice Cream & Tea), ternyata memiliki sejarah unik dalam pendiriannya yang mungkin belum banyak orang tahu.
Melansir dari Tempo.co, merek es krim Mixue ini baru dilirik pasar modal China pada akhir tahun 2020 dengan alasan salah satunya karena lagu tema Mixue yang unik membawanya ke permukaan pada pertengahan tahun 2021.
Lagu berjudul “Mixue Bingcheng Theme Song” didasarkan pada lagu asli “Oh! Susanna” oleh komposer terkenal Amerika Stephen Collins Foster.
Baca Juga: Preman Pensiun 8 Kapan Tayang? Teh Serena Ungkap Keseruan Syutingnya
Mixue, dengan lirik theme song “ni ai wo, wo ai ni, Mixue Bingcheng tian mi mi” menjadi hit dan berhasil ‘mencuci otak’ pelanggannya. Arti dari lirik lagu yang diulang-ulang tersebut adalah “i love you, you love me, Mixue Bingcheng ice cream and tea”.
Kebanyakan orang mungkin tidak menyangka bahwa merek es krim dan teh yang sudah memiliki lebih dari 20.000 toko ini dimulai dengan modal pinjaman senilai Rp 7,5 juta dari nenek seorang pendiri Mixue, yaitu Zhang Hongchao.
Proses Zhang merintis bisnisnya pun penuh dengan pasang surut. Artikel yang telah disusun oleh Tempo dari berbagai sumber akan mengulas perkembangan Mixue Bingcheng dari awal.
Baca Juga: 7 Alamat Proxy Whatsapp Indonesia Gratis, Pake WA Gak Perlu Terhubung Internet
Dimulai dari Secangkir Es Serut
Pada tahun 1997, Zhang Hongchao adalah mahasiswa tahun keempat. Sembari menjalankan studinya, Zhang bekerja paruh waktu di toko minuman dingin yang menu unggulannya adalah es serut. Saat ia bekerja di toko tersebut, ia menemukan ide untuk memulai bisnisnya sendiri.
Ketika nenek Zhang Hongchao mengetahui bahwa cucunya ingin memulai bisnis, ia mengeluarkan tabungan hidupnya sebesar 4000 RMB (sekitar Rp 7,5 juta pada tahun itu) untuk mendukung bisnis Zhang.
Setelah dia lulus kuliah, dia kembali ke Zhengzhou, mendirikan warung untuk mulai menjual es serut. Toko bernama "cold stream shaved ice" ini adalah pendahulu dari Mixue Bingcheng. Lewat toko pertamanya tersebut perjalanan kewirausahaan Zhang Hongchao dimulai.
Baca Juga: Sinopsis Film 'Bismillah Kunikahi Suamimu’ Akan Segera Tayang di Bioskop
Karena modal awal yang terbatas, peralatan toko pun juga sangat sederhana, dengan modal lemari es, beberapa bangku, dan meja lipat. Bahkan, mesin es yang dipakai untuk memproduksi es serut pun dirakit sendiri oleh Zhang Hongchao.
Produk utama toko ini adalah es serut, es krim, dan smoothies. Setelah bisnis berangsur-angsur membaik, Zhang mulai menjual menu baru teh susu atau milk tea di tokonya.
Dengan bisnis ini, Zhang Hongchao dapat menghasilkan lebih dari 100 RMB sehari, tetapi lambat laun dia menemukan masalah: bisnis es serut dimakan oleh musim.
Bisnis es saat musim panas tentunya sangat laku, tetapi tidak saat musim dingin. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia harus mencari pekerjaan lain untuk menutup kekurangan penghasilannya. Namun pada akhirnya, toko pertama Zhang ini terpaksa tutup.
Baca Juga: Jadwal Persib Bandung Putaran Kedua Liga 1 Januari, Tak Bisa Main Lagi di GBLA?
Meskipun begitu, Zhang tidak patah semangat, setelah 1 tahun dia kembali membuka tokonya dan mengubah nama toko tersebut menjadi Mixue Bingcheng. Nama tersebut memiliki arti "kastil es yang dibangun dengan salju yang manis".
Setelah itu, Zhang Hongchao juga pernah mencoba untuk membuka restoran bergaya chinese dan western, tetapi karena berbagai alasan, restorannya tersebut gagal beroperasi.
Gebrakan yang dibawa oleh Mixue
Pada tahun 2006, sejenis egg cone ice cream dari Jepang mulai bermunculan di Zhengzhou. Bentuknya yang menyerupai obor kebetulan bertepatan dengan Olimpiade Beijing 2008. Akibatnya, harga es krim yang semula satu atau dua yuan, waktu itu naik menjadi 5-10 kali lipat.
Baca Juga: Mangsa 7 Ayam! Dua Kali Diteror Ular Piton dalam Sebulan, Warga Sukabumi Was-was
Dari fenomena tersebut, Zhang menemukan peluang bisnis di mana dia berusaha untuk tetap mempertahankan harga es krim dengan memperhatikan bahan yang digunakan dan resep racikannya sendiri.
Dia membuat perhitungan berdasarkan biaya dan akhirnya menetapkan harga es krim sebesar 2 RMB ketika toko lain menjual sekitar 10 RMB, sehingga tidak sulit membayangkan apa yang terjadi.
Bisnisnya berkembang pesat sejak toko dibuka dan kerap memiliki antrean panjang di depan tokonya.
Berkat kesuksesannya, Mixue secara resmi didirikan sebagai sebuah perusahaan pada 2008 dengan jumlah melebihi 180 toko waralaba atau franchise.
Baca Juga: 3 Daerah Angker Ini Konon Jadi Tempat Presiden Indonesia Bertapa
Mixue juga berusaha untuk membuka jalur pengadaan bahan baku, menggarap area produksi teh, dan juga mendirikan pabrik produksi bahan baku secara mandiri. Oleh karena itu, biaya logistik Mixue sekitar 20% lebih rendah daripada pesaingnya.
Strategi franchising Mixue pun dianggap jauh lebih unggul dari kompetitor. Mixue memberikan program pinjaman tanpa bunga kepada pewaralaba setiap tahunnya untuk menyelesaikan masalah keuangan mereka saat membuka toko baru. Hal ini membuat skala ekspansi Mixue semakin cepat dengan jumlah total toko menembus 1.000 pada 2014.
Mencapai tujuh ribu toko pada 2019
Pada 2020, menjadi merek es krim dan minuman teh pertama yang memiliki lebih dari 10 ribu toko di China. Di tahun yang sama theme song Mixue mulai diputar secara masif di TV dan toko offline nasional.
Baca Juga: 5 Air Terjun Paling Indah di Jawa Barat versi Smiling West Java, Mana Pilihan Kamu?
Setahun kemudian, lagu temanya pun dirilis di kanal media sosial TikTok yang kemudian menjadi viral di berbagai tempat dengan jumlah total pemutaran melebihi 2 miliar. Versi Jepang, versi Rusia, versi Rap, dan versi lagu lainnya keluar satu demi satu.
Zhang Hongchao pun mendirikan perusahaan investasi, Snow King Investment, yang bisnisnya mencakup modal ventura dan aktivitas lainnya pada 2021. Banyak orang dalam industri percaya bahwa langkah ini berarti Mixue siap untuk berubah dari operasi merek menjadi operasi modal.
Jika kita memikirkan Rp 7,5 juta yang dikeluarkan leh nenek Zhang Hongchao pada 1997 sebagai investasi, hari ini, 25 tahun kemudian, telah berlipat ganda 5 juta kali. Ini dapat dianggap sebagai salah satu investasi paling awal dan tersukses dalam sejarah modal ventura Cina.
Sumber: Tempo.co/Putri Indy Shafarina