SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejak 2012 nihil pergerakan Sesar Lembang yang mengakibatkan gempa.
Sesar Lembang merupakan sesar aktif sepanjang 25-29 kilometer. Melintang dari Padalarang di barat, melintasi Lembang, hingga Gunung Manglayang di timur, panjangnya terbagi dalam tiga segmen. Jenis pergerakan Sesar Lembang yaitu strike slip atau mengiri dengan sedikit komponen bergerak vertikal.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu menjelaskan, Sesar Lembang di Bandung utara selama 9 tahun ini dalam kondisi ‘tidur’.
"Artinya sampai sekarang Sesar Lembang tidak menunjukkan aktivitasnya sama sekali," kata Teguh Rahayu, dikutip dari Tempo.co, Senin, 25 Januari 2021.
Berdasarkan catatan BMKG, gempa mutakhir dari Sesar Lembang terjadi pada kurun 2010-2012. Frekuensi kejadian gempanya sebanyak 14 kali dengan kekuatan 5,0 Magnitudo. "Gempa yang dirasakan pada 2011 di daerah Kuril," ujarnya.
Secara teori, menurut Rahayu, ketika sesar itu tidak ada aktivitas atau tidak mengeluarkan energinya, terjadi akumulasi energi secara menerus. "Ketika sesar tersebut mengeluarkan energinya di waktu tertentu, energi yang akan dikeluarkan tentunya besar," kata dia.
Gempa besar terakhir dari Sesar Lembang berdasarkan catatan BMKG terjadi pada 1600 dengan kekuatan hampir 6,9 M.
Berdasarkan riset, menurut Rahayu, periode perulangan gempa Sesar Lembang adalah per 500 tahun. Artinya dari 1600 ditambah 500 tahun, kemungkinan pelepasan energinya kurang lebih pada 2100.
"Sekarang 2021 sudah mendekati waktu tersebut, maka kita perlu mewaspadai aktivitas sesar ini," kata Rahayu.
BMKG memasang enam unit seismograf di sekitar Sesar Lembang, sekaligus memantau pergerakan sesar lain seperti Cimandiri yang hampir menyambung di antara keduanya. Secara keseluruhan, Rahayu menerangkan, BMKG memasang hingga 30 sensor gempa di wilayah Jawa Barat.
Sumber: Tempo.co