SUKABUMIUPDATE.com - Fenomena tumbuhnya kerabat bunga bangkai di Sukabumi cukup menarik perhatian. Jumat (19/10/2018) lalu, bunga yang dikenal dengan nama Suweg itu tumbuh di lahan kosong di Gang Limus RT 1 RW 2, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Kemudian Minggu (21/10/2018), Bunga yang sama mekar di Kampung Marinjung RT 03/08, Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.
Melihat fenomena tersebut, akademisi bidang Botani Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Billyardi Ramdhan, menjelaskan meski sama-sama sering disebut bunga bangkai namun bunga Rafflesia dan Suweg merupakan jenis yang amat sangat berbeda. Suweg adalah tanaman jenis talas-talasan dengan nama latin Amorphophallus Paeoniifolius.
"Suweg memiliki umbi dan siklus hidupnya tidak serumit Rafflesia. Rafflesia merupakan jenis tumbuhan parasit yang hidup di tumbuhan lain sebagai inang. Namanya Tetrastigma. Raffelsia dilindungi karena siklus hidupnya yang rumit. Kalau Amorphophallus, tanamannya tidak sulit untuk dikembangkan," papar dosen program studi Pendidikan Biologi tersebut yang karib disapa Billy.
BACA JUGA: Tercium Bau Bangkai, Bunga Suweg Tumbuh di Cibadak Sukabumi
Billy menjelaskan, para peneliti melekatkan istilah hunga bangkai terhadap salah satu jenis Amorphophalus. Yakni Amorphophalus titanium yang bisa tumbuh dengan ukuran lebih besar.
Malahan, terdapat jenis Amorphophalus Titanum asal Bengkulu yang sudah tersebar ke luar negeri seperti Jepang dan Inggris dan berhasil dikembangkan dari bijinya. Amorphophalus Titanium bisa tumbuh hingga tiga meter.
BACA JUGA: Bunga Bangkai Jenis Suweg Mekar di Pekarangan Rumah Warga Cisolok Sukabumi
"Bahkan Jepang siap menerima ekspor bunga bangkai. Dan yang berhasil mengirimkan itu ada dari Surabaya. Umbi itu diambil patinya dan bisa dibudidayakan untuk ditanam. Kenapa sekarang masih disebut langka, karena tidak setiap umbi itu bisa menghasilkan bunga. Dia butuh siklus yang cukup lama. Sampai muncul bunga itu membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun. Itupun jika iklimnya cocok," lanjut Billy.
Sementata untuk Suweg, kata Billy, ukuran umbi yang sudah seberat kurang lebih lima kilogram, baru bisa menghasilkan bunga. Umbi Suweg bisa dimanfaatkan sebagai obat untuk berbagai penyakit.
Sepanjang hidupnya, Suweg hanya mengeluarkan satu hingga dua tangkai daun. Daun tersebut akan layu ketika memasuki akhir musim penghujan. Suweg juga bisa saja tidak muncul bunga pada saat musim kemarau, artinya hanya terdapat umbinya saja.