SUKABUMIUPDATE.com - Salah satu penanda musim angin muson barat di Sukabumi adalah kolecer atau baling-baling bambu. Saat ini warga Sukabumi mulai kembali membuat dan memasang kolecer di lahan-lahan terbuka.
Biasanya di lahan pertanian, sebagai bentuk hiburan rakyat di tengah dampak negatif musim angin kencang dan curah hujan tinggi. kolecer yang dipasang memang memiliki baling baling ukuran besar, minimal satu meter bentangannya sehingga butuh angin kencang untuk membuatnya berputar.
Seperti yang dilakukan pemuda dan warga Kampung Ciseupan Hilir Desa Ciseupan Kecamatan Caringin kabupaten sukabumi. Hari ini mereka membuat kolecer atau baling baling mambu di lahan pertanian dan peternakan ikan yang berada tak jauh dari pemukiman.
Ini tradisi setiap musim angin barat, jelas Solihin salah seorang tokoh pemuda Ciseupanhilir kepada sukabumiupdate.com, Rabu (21/1/2021).
Hari ini Solihin dan kawan-kawan memasang lima buah kolecer yang dipasang dipinggir kolam dan lahan pertanian sayur. "Dananya swadaya kurang lebih Rp 200 rebuan lah, karena bahan baku masih banyak tersedia disini," sambung Solohin.
Untuk membuat satu kolecerm dibutuhkan batang bambu, pohon suren, daun kaum dan wajib punya pisau raut atau alat pemotong. Di Ciseupanhilir sendiri, sudah ada puluhan kolecer yang terpasang dan mengeluarkan suara khas saat disapu angin kencang.
"Ya untuk hiburan warga, suaranya itu yang menarik. Berbeda beda setiap kolecer," ungkap Solihin.
Selain itu kolecer ini bisa dimanfaatkan warga untuk mendeteksi tiupan angin kencang. "Jika suaranya makin berisik warga perlu waspada karena angin sudah sangat kencang," pungkasnya.
BACA JUGA: Tadi Malam Angin Kencang! Rumah di Kalapanunggal Sukabumi Rusak Ditimpa Pohon Aren
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), mencatat di Indonesia ada dua angin monsun atau angin muson, yaitu muson barat dan muson timur. Angin muson barat biasanya bertiup pada bulan Oktober-April, sedangkan muson timur pada April-Oktober.
Namun, dengan adanya efek pemanasan global membuat siklus angin yang tadinya teratur jadi kurang bisa diprediksi. Hal itu membuat beberapa tahun ini harusnya terjadi musim kemarau, tapi justru masih hujan. Begitu pula sebaliknya.
Keberadaan angin ini bisa menimbulkan kerusakan apabila disertai dengan siklus fenomena yang lain seperti MJO, siklon selatan dan lain-lain. MJO atau Madden Julian Oscillation adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dengan membawa massa udara basah.
Ingat Pesan Ibu: Wajib 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas serta aktivitas di luar rumah). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.