Oleh : Maula Zuama
Aliansi Santri Sukabumi
Masyarakat Indonesia dan juga dunia saat ini sedang berada di era revolusi industri 4.0. Hal tersebut berimbas kepada sejumlah perubahan. Fase literasi juga mengalami perubahan yang demikian cepat. Kalau awalnya ditunjukkan dengan budaya lisan, berubah menjadi tradisi tulis tangan kemudian berubaah lagi menjadi tulisan cetak dan sekarang menghadapi tulisan digital berbasis online.
Dengan perkembangan teknologi ini tidak menutup kemungkinan munculnya kemadharatan apabila tidak dibarengi dengan kesadaraan pemanfaatannya.
Jangan biarkan media sosial dikuasai oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, sehingga isinya hanyalah makian dan hal-hal yang jauh dari ajaran Islam yang rahmatal lilalamin.
Jika dibiarkan, bisa menyuburkan ujaran kebencian sehingga mengakibatkan kehidupan berbangsa menjadi tegang.
Santri harus memiliki peran penting agar bisa meredam dampak penguasaan medsos sehingga sosial media dapat dijadikan sebagai tempat adu gagasan guna menyatukan persepsi. Jangan jadikan sebagai tempat saling hujat, mengejek satu sama lain atau merendahkan sesama manusia.
Bagaimanapun, dalam ber-media sosial harus menjaga etika, santri tidak boleh kehilangan jati dirinya sebagai muslim yang berakhlakul karimah sehingga ada bedanya antara santri dan bukan.
Di tengah revolusi gelombang keempat (4.0), santri harus kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik.
karena tahun 2030 Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Kondisi di mana suatu wilayah memiliki jumlah penduduk usia produktif, usia 15-64 tahun, lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif, diatas 65 tahun. Kondisi ini tidak terjadi secara terus menerus melainkan hanya terjadi sekali dan tidak bertahan lama.
Peranan santri yang berkompeten sangat penting, jika tidak berperan kita dengan sendirinya hanya menjadi penonton dalam setiap perkembangan yang terjadi.