SUKABUMIUPDATE.com - BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika) merilis peta sebaran gas SO2 (Sulfur dioksida) dari erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda. Gas SO2 dari erupsi GAK terpantau berhembus ke arah perairan selatan Banten, Jabar termasuk Sukabumi hingga samudera hindia.
Informasi ini disampaikan Dr Daryono, ahli Kabid Mitigasi Bencana Gempa bumi dan Tsunami BMKG. Dalam akun media sosialnya, Minggu 24 April 2022, Daryono menjelaskan bahkan BMKG mendeteksi sebaran dan hembusan gas SO2 dari erupsi Gunung Anak Krakatau.
"Deteksi penguatan sinyal gas SO2 Gunung Anak Krakatau pada tanggal 23 April 2022 dengan penginderaan jauh Satelit Sentinel," tulis Daryono.
Ia juga memposting hasil foto penginderaan jauh Satelit Sentinel yang memperlihat hembusan gas SO2 (Sulfur dioksida) dari erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda jauh hingga ke Samudera Hindia selatan perairan Sukabumi Jawa Barat.
Menukil artikel dari portal Kementerian ESDM, vsi.esdm.go.id, sulfur dioksida atau SO2 merupakan salah satu komponen yang ada dalam gas vulkanik yang dimonitor emisinya untuk memantau aktivitas suatu gunungapi. Konsentrasi SO2 bervariasi antara 5% sampai 50% mol, dengan fluks yang bervariasi.
Sementara laporan terkini dari data yang berhasil dihimpun suara.com, Gunung Anak Krakatau tengah mencapai 105 kali letusan pada 15 April 2022 hingga saat ini. Bahkan, jika dikalkulasikan dari Februari hingga April 2022, Gunung Anak Krakatau tengah mencapai 390 kali letusan.
Suara gemuruh, dentuman hingga letusan yang berasal dari Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda, terus terdengar dan dirasakan oleh masyarakat pesisir pantai di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, pada Sabtu, 23 April 2022.
Akibat dari letusan itu, beberapa warung bahkan rumah warga sekitar merasakan getaran yang luar biasa. Tak hanya itu, suara gemuruh atau dentuman pun masih terdengar jelas hingga saat ini.
Suara gemuruh dan dentuman yang berasal dari Gunung Anak Krakatau ini juga terdengar di sejumlah wilayah seperti di Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon. Kemudian Tanjung Lesung, Cigeulis, Carita, Labuan, Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
Bukan hanya getaran maupun dentuman yang terus terdengar. Bahkan, dengan adanya peningkatan aktivitas gunung ini turut menimbulkan hujan abu vulkanik yang mengotori rumah warga sekitar.
Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Deni Mardiono, meminta warga pesisir pantai Anyer dan Carita khususnya dan masyarakat Banten pada umumnya untuk tetap tenang dan tetap menjalankan aktifitas seperti biasanya.
Pasalnya, dentuman atau gemuruh yang terdengar jelas oleh masyarakat itu suatu hal yang wajar. Menurutnya, setiap kali ada letusan dari Gunung Anak Krakatau yang overkill atau besar pasti terjadi suara dentuman atau gemuruh.
"Bagi masyarakat Banten dan sekitarnya masih aman dari letusan Gunung Anak Krakatau, karena jarak dari bibir pantai ini kurang lebih 42 km," terang Deni Mardiono kepada Suara.com, Sabtu (23/4/2022).
"Jadi masyarakat aman dari letusan anak krakatau," sambungnya.
Meski demikian, dikatakan Deni, Gunung Anak Krakatau memang sedang mengalami aktifitas peningkatan sejak 15 April 2022 hingga saat ini. Hal itu yang menyebabkan terjadinya erupsi secara terus menerus.
Bahkan, bukan hanya warga pesisir yang juga mendapatkan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau. Pos pemantauan mendapati hal yang sama. "Tanggal 21 kemarin abu vulkanik juga sampai ke pos pengamatan,"ucapnya.
"Ini tentunya akan terus kami pantau, kami amati. Baik nanti kedepannya nanti erupsi masih ada terus menerus," imbunya.
Namun, menurutnya hal itu tak membahayakan warga sekitar. Namun, mereka tetap diminta untuk berwaspada. "Sekali lagi tetap tenang, tapi waspada. Tetap beraktifitas seperti biasanya dan menuruti arahan pemerintahan," tutupnya.
Saat ini, status Gunung Anak Krakatau sendiri masih berada pada level II (Waspada). Masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.