SUKABUMIUPDATE.com - 21 April selalu diperingati sebagai hari RA Kartini. Hari lahir seorang perempuan Indonesia yang kisah hidupnya begitu menginspirasi banyak orang dan banyak pandangan termasuk kisah perjalanan spiritualnya.
Hari bersejarah ini diperingati sebagai hari kesetaraan hak para perempuan yang sama dengan laki-laki dalam berpendidikan maupun berpendapat. Setiap tahunnya, perempuan Indonesia selalu diingatkan untuk menjadi Kartini-kartini baru yang menginspirasi banyak orang.
Mengutip berita lawas suara.com, salah satu pemikiran RA Kartini dibukukan oleh Balai Pustaka pada 1922 berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'? Ya, itu adalah kumpulan pemikiran dan tulisan pahlawan emansipasi perempuan Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.
Ternyata pemikiran ini terinspirasi oleh salah satu ayat yang ada di Alquran. Diungkap dalam buku 'Kartini Pejuang dari Balik Dinding Pingitan' karya Wahjudi Djaja yang diterbitkan Cempaka Putih pada 2019, dijelaskan Kartini adalah keturunan bangsawan sekaligus cucu seorang kyai.
"Kartini pernah dimarahi dan disuruh keluar guru mengajinya karena menanyakan makna ayat Alquran. Pengalaman-pengalaman ini dibawa Kartini saat berkunjung ke rumah pamannya bupati Demak," tulis buku itu.
Saat itu, pamannya tengah mengadakan pengajian. Kartini pun tertarik pada materi tafsir Al-Fatihah yang disampaikan Kyai Saleh Darat, salah satu ulama besar di pesisir utara.
"Kyai, perkenankan saya menanyakan sesuatu. Bagaimanakah hukumnya apabila seseorang yang berilmu namun menyembunyikan ilmunya?" tanya Kartini saat itu.
Akhirnya, sang kyai menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa dan dijadikan kado pernikahan untuk Kartini. Sejak saat itu, Kartini rajin memperdalam Alquran. Kartini akhirnya menemukan kata-kata yang amat menyentuh nuraninya.
"Orang-orang yang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya," demikian tertulis dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 257.
Dijelaskan pula saat itu Kartini termenung, betapa ia sangat ingin mengubah kehidupan yang penuh keterbelakangan saat itu menuju kehidupan yang disinari dengan cahaya.
Kini, terbukti dalam surat kepada sahabat penanya di Belanda yang dibukukan, ia sering mengulang kata-kata 'dari gelap menuju cahaya', yang dalam bahasa Belanda tertulis Door Duisternis Tot Licht.
Menukil tulisan keren M. Rikza Chamami yang dimuat portal nu.or.id, Kartini saat masih berumur 20 tahun sudah mengungkapkan kegelisahan itu dalam suratnya kepada Stella EH Zeehandelaar tertanggal 6 November 1899: “Al-Qur’an terlalu suci untuk diterjemahkan dalam bahasa apapun juga. Disini orang juga tidak tahu Bahasa Arab. Disini orang diajari membaca al-Qur’an, tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Saya menganggap itu pekerjaan gila; mengajari orang membaca tanpa mengajarkan makna yang dibacanya”.