SUKABUMIUPDATE.com - Gunung es raksasa dari Antartika diketahui telah terlepas ke lautan sebanyak 167 miliar ton air tawar dalam waktu tiga bulan. Lepasnya gunung es ini dapat memberikan dampak fatal bagi satwa liar.
Sebelum pecah pada Juli 2017, gunung es A68A merupakan bagian dari lapisan es Larsen-C di semenanjung Antartika. Sebelum pecah, A68A adalah gunung es terbesar di Bumi dengan luas 2.208 mil persegi.
Gunung es raksasa itu kemudian pecah dan mengambang melintasi Samudera Selatan. Gunung es tersebut mendekati pulau Georgia Selatan yang berada pada 1.300 mil lepas pantai Argentina, pada Desember 2020 lalu.
Pulau Georgia Selatan menjadi habitat satwa-satwa liar termasuk anjing laut dan penguin.
Gunung es itu pecah sebelum jatuh ke dasar laut menurut penuturan para ilmuwan yang melakukan pengamatan. Jika gunung es itu menabrak pulau tersebut, maka ekosistem di dalamnya dapat terganggu.
Para ilmuwan internasional melakukan pengukuran terhadap gunung es A68A. Hasilnya gunung es tersebut telah melepaskan lebih dari 167 miliar ton air tawar ke sekitar wilayah pulau dalam jangka waktu tiga bulan.
air yang dilepaskan oleh gunung es tersebut dikatakan mampu mengisi 61 juta kolam renang ukuran Olimpiade.
"Ini adalah salah satu lelehan pecahan gunung es terbesar," kata Anne Braakmann-Folgmann, peneliti di Universitas Leeds di Inggris dan Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub, dikutip dari temp.co
Pencairan yang terjadi pada gunung es itu dikarenakan pergerakan dari wilayah super dingin ke tempat yang lebih hangat.
Ketika gunung es mendekati pulau itu, ketebalannya turun dari 771 kaki menjadi 219 kaki, yang sebagian besar terjadi dari November 2020-Januari 2021.
Gunung es itu benar-benar mencair pada April 2021 lalu. Total 992 juta ton es telah mencair dalam perjalanannya sejak pertama kali pecah dari Semenanjung Antartika.
Air tawar dingin yang hanyut akan mengikuti arus lautan, kemudian jika air tawar tersebut bercampur dengan air laut, maka akan mempengaruhi kehidupan satwa liar di lautan.
“Kami ingin mempelajari apakah lelehan gunung es di sekitar pulau Georgia Selatan berpengaruh positif atau negatif bagi ekosistem di laut sekitarnya,” ujar Braakmann-Folgmann, salah satu anggota tim ilmuwan internasional.
SUMBER: TEMPO.CO