SUKABUMIUPDATE.com - Bibit siklon tropis 90P dan 99P sudah berubah jadi siklon atau badai tropis dengan penamaan Tiffany dan Cody. Sebelumnya kedua bibit siklon tropis itu diketahui muncul pada Kamis dan Sabtu pekan lalu.
“Cepat sekali tumbuhnya siklon tropis Tiffany, kurang dari 24 jam,” kata peneliti klimatologi Erma Yulihastin kepada Tempo, Rabu 12 Januari 2022. Keduanya tumbuh di perairan Arafuru sebelah selatan Papua dan Samudra Pasifik bagian tengah sebelah timur Australia. "Dampaknya secara tidak langsung seperti hujan ekstrem di wilayah Jabodetabek dan sebagian Jawa pada 11-12 Januari 2022," ujar Erma dikutip dari tempo.co.
Efek kedua siklon tropis yang ada di timur itu mengaktifkan dan menguatkan angin monsun Asia di atas laut Jawa dan wilayah barat Indonesia. Penguatan angin monsun itu pada awalnya terjadi secara lokal. Wilayahnya dari ekuator ke selatan di atas Laut Jawa serta area barat Indonesia dari Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga Bali.
Sementara itu di bagian timur Indonesia, kata Erma, angin baratan tampak mengalami pelemahan. Pelemahan angin monsun baratan di wilayah timur Indonesia disebabkan oleh penghangatan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang terkonsentrasi di utara Sulawesi dan Papua. Penghangatan suhu tersebut menciptakan tekanan rendah sehingga penjalaran konveksi dari barat ke timur menjadi terputus.
Akibatnya, seakan-akan terbentuk dua blok area konvergensi atau konveksi yang meluas. Blok pertama terpusat di barat Indonesia dan blok kedua terbentuk jauh di selatan Papua karena pengaruh siklon Tiffany. “Blok barat saat ini memiliki efek yang dahsyat dalam memicu hujan ekstrem dan persisten sehingga patut diwaspadai,” ujarnya.
Aktivasi angin monsun Asia di barat Indonesia ini terjadi karena penguatan angin permukaan utama atau disebut dengan angin background. Modifikasi angin baratan yang berubah menjadi angin utaraan di area Laut Jawa utara Jakarta pun terjadi sebagai dampak dari pembentukan Tiffany dan Cody.
Kondisi ini diperparah dengan angin dari selatan yang masih terjadi di Jawa sehingga konvergensi terjadi secara meluas. Selain itu karena kelembapan di Indonesia saat ini terpusat di wilayah barat, maka hujan ekstrem pun berlangsung lama dari sore pada 11 Januari hingga malam hari. Hujan di Laut Jawa dan sebagian pesisir Banten dan Jakarta utara mengalami hujan persisten yang berlanjut hingga beberapa hari ke depan.
Hujan di wilayah Jakarta misalnya, dapat menerus terbentuk karena mendapatkan juga suplai hujan dari konveksi darat di atas Lampung yang menuju Laut Jawa. Jika monsun Asia telah aktif dan menguat, kata Erma, maka peluruhan siklon tropis Tiffany dan Cody tidak akan berdampak banyak dalam mengurangi efek penguatan monsun Asia terutama di barat Indonesia.
Setidaknya selama dasarian kedua atau 11-20 Januari 2022, wilayah di barat Indonesia harus mewaspadai penguatan monsun baratan atau tenggaraan yang dapat berimplikasi pada modifikasi angin utama menjadi angin utaraan. “Yang berasosiasi dengan pembentukan hujan dini hari ekstrem,” katanya.
Berdasarkan data dari Kajian Awal Musim Indonesia Jangka Madya (KAMAJAYA) yang dikembangkan oleh Badan Riset Inovasi Nasional, terdapat indikasi pertemuan antara angin baratan dan angin utaraan selama pertengahan Januari 2022. Apalagi untuk kondisi saat ini, menurut Erma, angin dari selatan atau Southerly Surge juga terjadi sehingga menciptakan konvergensi meluas di sebagian besar Jawa.
SUMBER: TEMPO.CO