SUKABUMIUPDATE.com - Komisi Penanggulangan AIDS atau KPA Kabupaten Sukabumi mencatat ada 1.001 orang yang terinfeksi human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome alias HIV/AIDS sejak 2004 hingga 2021. Dari angka itu, lima persennya adalah pelajar.
Data tersebut muncul dalam rapat koordinasi KPA di aula Pendopo Sukabumi, Selasa, 16 November 2021. Sekretaris KPA Kabupaten Sukabumi Andi Rahman mengatakan, mayoritas penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks bebas di kalangan muda, komunitas pekerja seks, dan pelajar.
"Upaya penanggulangan harus dilakukan lebih masif. Jika tidak, bukan tidak mungkin kasus HIV/AIDS di Kabupaten Sukabumi meningkat hingga tiga kali lipat setiap tahunnya," kata Andi. KPA pun mengajak semua pihak bekerja sama mencegahnya. "Ini sangat berbahaya yang akan menyebabkan kematian," ujar Andi.
Sedangkan selama 2021, Andi menyebut ada 79 kasus HIV/AIDS baru. Data tersebut diambil dari Sistem informasi HIV dan AIDS atau SIHA Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi. "Dominasi usia 25 hingga 49 tahun penularan transmisi seksual (seks bebas)," kata Andi.
Andi mengatakan, HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es. Sehingga penanganannnya harus dilakukan secara luar biasa. "Timbulnya gejala HIV ini bisa 8 bahkan 10 setelah terinfeksi. Semua itu tergantung kondisi tubuh," terangnya. Penanganannya harus dilakukan dengan cegah, temukan, dan obati.
"Selain itu, orang yang sudah terkena jangan sampai memaparkan kepada ke yang lain. Lewat kerja keras dan gotong-royong, semua bisa dilakukan," ucapnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman mengatakan, rapat koordinasi ini menjadi momentum memunculkan solusi alternatif dan rekomendasi untuk memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS. Termasuk menjadi sarana mentransformasikan kebijakan, data, dan fakta di lapangan yang terbaru dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Jadikan rakor ini sebagai ajang sharing ilmu dan pengalaman dalam penanganan HIV/AIDS di Kabupaten Sukabumi," ujar Ade.
Berbagai upaya terus dilakukan KPA dan Pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam meredam lanjut penyebaran virus HIV. Salah satunya lewat edukasi dan informasi kepada masyarakat secara komprehensif. "Tentu ditindaklanjuti dengan dukungan perawatan bagi yang terinfeksi HIV/AIDS," ucap dia.
Progam pemberdayaan masyarakat pun tetap dilakukan, terutama yang mengedepankan prinsip partisipasi dan nilai agama, budaya, serta pesan moral. "Sehingga, masyarakat menjadi tahu, mau, dan mampu menanggulangi HIV/AIDS di lingkungannya," kata Ade Suryaman.
Ade berharap, hasil rapat koordinasi tersebut bisa mewujudkan capaian target pada 2022 mendatang. Mulai peningkatan tes HIV, terjaminnya ketersediaan alat reagen infeksi menular seksual dan HIV, dan teredukasinya seluruh lapisan masyarakat secara komprehensif. "Jadi dapat secara mandiri mencegah HIV dan mengakses layanan kesehatan untuk semua."
Sebagai informasi, menukil penjelasan di situs Alodokter Kemenkes, HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.