SUKABUMIUPDATE.com - Women for Bees yang berada di Prancis Selatan, tepatnya di l'Observatoire Français d'Apidologie (OFA), pegunungan Sainte Baume tunjuk Angelina Jolie sebagai pemimpin.
Women for Bees merupakan program lima tahun yang dibentuk dengan tujuan melatih 50 peternak lebah wanita yang ada di berbagai penjuru dunia.
Kegiatan hasil kerja sama OFA dan UNESCO telah diselenggarakan sejak Juni 2021 dan ingin kembali mengisi 125 juta lebah pada 2025. Dia mengatakan, saat ini 30 persen populasi lebah madu terancam hilang.
Artis berusia 46 tahun itu menjelaskan harapannya terkait dilaksanakannya program ini. Dia ingin program ini menginspirasi orang lain dan mendorong orang untuk membantu memulihkan populasi lebah, yang berperan menghasilkan sepertiga persediaan makanan di dunia. Jadi dia percaya bahwa beternak lebah berarti ikut menjaga ketersediaan pangan.
Entah itu berarti melatih sebagai peternak lebah, menanam tanaman dan bunga yang ramah lebah atau meningkatkan kesadaran tentang masalah yang ada.
“Saya bukan pencinta lingkungan, saya lebih seperti seorang humanis,” kata Jolie seperti dikutip Vogue, 30 Agustus 2021. “Tetapi, itu selalu mengarah ke lingkungan,” dia menambahkan.
Jolie telah bertahun-tahun menyaksikan dampak buruk pengungsian yang dialami oleh orang dari berbagai negara. Baru-baru ini, dia menyoroti pengungsi Afganistan.
Pemeran Maleficent ini diketahui telah bergabung dengan Instagram sejak akhir pekan lalu. Dalam waktu yang singkat, dia berhasil mendapatkan lebih dari 10 juta pengikut. Namun, dia tidak memanfaatkan halaman Instagram itu untuk menunjukkan kegiatannya sehari-hari.
Aktris dan pembuat film itu mengunggah dua foto serta satu video untuk meningkatkan kesadaran pengikutnya seputar tujuan kegiatannya sebagai aktivis kemanusiaan selama bertahun-tahun, terutama dalam krisis kemanusiaan di Afghanistan. Saat ini dia merupakan utusan khusus untuk kepala Komisaris tinggi untuk Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Namun, kemungkinan Angelina Jolie juga akan menggunakan pengaruhnya yang besar untuk menyoroti masalah internasional lainnya, seperti pemberdayaan perempuan dan isu ketersediaan pangan.
SUMBER: TEMPO