SUKABUMIUPDATE.com - Magawa, tikus raksasa berkantung dari Afrika, akan mengakhiri tugas sebagai pencari ranjau pada akhir Juni 2021. Selama lima tahun 'berkarir' di Kamboja, Magawa telah mencetak rekor temuan 70 ranjau darat dan 38 bom.
APOPO, organisasi pembersih ranjau yang melatih Magawa mengatakan, hewan pengerat yang telah berjasa bagi keselamatan manusia itu akan pensiun dalam waktu dekat ini.
"Dengan perasaan campur aduk, kami mengumumkan bahwa Magawa, sang peraih medali emas People's Dispensary for Sick Animals (PDSA) akan pensiun," demikian pernyataan APOPO yang dikutip dari Sputnik News.
Secara fisik, Magawa masih sehat dan mampu bekerja, namun usianya yang semakin tua dan sudah waktunya untuk pensiun.
Gerakannya mulai lambat dan penciumannya semakin berkurang. Tiga pekan ke depan akan menjadi hari terakhir Magawa menjalankan tugasnya.
Magawa tiba di Kamboja pada tahun 2016 lalu dan bertugas di wilayah Siem Reap, Kamboja.
Baca Juga :
Selama bertugas di Kamboja, hewan ini telah berhasil menemukan 71 ranjau darat, kebanyakan ranjau anti personel yang tak meledak dan juga berhasil mencegah 38 bom meledak.
Perang Indochina II, yang dimulai ketika Vietnam Utara membangun jalur Ho Chi Minh, diteruskan dengan penggulingan Lon Nol oleh Khmer Merah serta invasi Vietnam yang menggulingkan pemerintahan Pol Pot, menjadikan Kamboja sebagai ladang ranjau terbesar di dunia.
Ladang ranjau terbesar di Kamboja disebut K-5, membentang dari sepanjang perbatasan Thailand. Pakar militer mendapati jutaan ranjau ada di K-5. Ranjau ditanam Khmer Merah untuk mencegah penduduk melarikan diri ke perbatasan Thailand.
Sejak tahun-tahun awal terciptanya perdamaian di Kamboja, berbagai upaya membersihkan ranjau mulai diselenggarakan. Tujuannya membuka lahan pertanian bagi penduduk.
Entah berapa ribu ranjau yang terinjak oleh penduduk, meledak hingga menimbulkan kematian atau luka. Yang pasti, di negara ini sangat mudah menjumpai penduduk dengan kaki atau tangan yang diamputasi.
APOPO datang membantu dengan mendatangkan tikus raksasa berkantung dari Gambia (Gambian Pouched Rat atau Cricetomys gambianus, red).
Setelah APOPO melatihnya sebagai pencium ranjau. Di Tanzania, tikus berkantung ini digunakan untuk mendeteksi penderita TBC.
Hewan ini bisa tumbuh sepanjang 90 cm termasuk ekor, tapi relatif memiliki bobot tubuh yang ringan.
Magawa tumbuh sepanjang 70 cm dengan berat 1,2 kilogram. Magawa sudah banyak menginjak ranjau tapi tak membuat bom tersebut meledak. Yang menariknya lagi, Magawa mampu mendeteksi ranjau di bawah permukaan pada hamparan seluas lapangan tenis.
"Selama lima tahun bertugas, Magawa telah menyelamatkan nyawa banyak orang. Setiap penemuan ranjau yang dilakukan Magawa, membuat risiko kematian penduduk berkurang," ungkap APOPO.
Sebelum menggunakan tikus raksasa Gambia, sejumlah hewan telah terlibat dalam pencarian ranjau ini seperti kuda, merpati, anjing hingga kucing. Namun, hewan-hewan tersebut gagal dan mati.
Magawa dan sejumlah tikus Gambia yang terlibat dalam pencarian ranjau di Kamboja, tidak ada satupun yang tewas akibat misi berbahaya ini.
Namun, dari sekian banyak tikus raksasa Gambia, hanya Magawa yang dinobatkan mendapatkan gelar 'HeroRat'.
PDSA, badan amal veteriner yang berbasis di Inggris, menghormati hewan pengerat itu dengan memberinya medali emas.
Apakah Magawa benar-benar pensiun? Ternyata tidak. Dia akan menjadi pelatih generasi tikus pencari ranjau berikutnya yang akan tiba di Kamboja.