SUKABUMIUPDATE.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengingatkan agar pembangunan Bukit Algoritma atau disebut Silicon Valley yang rencananya akan dibangun oleh pihak swasta di wilayah Cikidang dan Cibadak Kabupaten Sukabumi, tidak hanya sekadar gimik.
Pria yang akrab disapa Kang Emil ini menuturkan pembangunan "Silicon Valley-nya Indonesia" tersebut harus berdasarkan tiga komponen."Saya edukasi ilmunya, ya, kenapa Silicon Valley (di Amerika Serikat) sukses? Saya kasih tahu, karena di sana ada kumpulan universitas berdekatan dengan kumpulan industri-industri, berkumpul dengan finansial institusi," kata Ridwan dikutip dari Tirto, Selasa, 13 April 2021.
Tiga komponen yang dimaksud Emil adalah universitas sebagai lembaga riset, industri yang menggunakan hasil riset, dan investor. "Kalau tiga poin tadi tidak hadir dalam satu titik, yang namanya istilah Silicon Valley itu hanya gimmick branding saja," katanya. "Jadi tetap, niatnya saya respons saya dukung, tapi hati-hati kepada semua orang yang dikit-dikit bilang mau bikin Silicon Valley," tambahnya.
Seperti diketahui, Indonesia akan membangun pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 serta pengembangan sumber daya manusia di Cikidang dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi bernama Bukit Algoritma.
Proyek di lahan seluas 888 hektare ini diperkirakan bakal menghabiskan dana Rp 18 triliun. Budiman Sudjatmiko, Komisaris PTPN V sekaligus Ketua Pelaksana PT Kiniku Bintang Raya, perusahaan yang bakal menggarap proyek ini bersama Badan Usaha Milik Negara atau BUMN PT Amarta Karya mengatakan bahwa Bukit Algoritma akan dibuat seperti Silicon Valley Amerika Serikat yang menjadi kantor pusat berbagai perusahaan teknologi global.
Proyek ini terbagi menjadi tiga tahap dengan masa pengerjaan tiga tahun untuk fase pertama, tiga tahun untuk fase kedua, dan lima tahun untuk fase ketiga. Pembangunan proyek pada fase pertama akan merampungkan kawasan seluas 353 hektare.
Rencananya, groundbreaking atau pelatakan batu pertama digelar pada Mei mendatang. Proyek ini membutuhkan investasi sebesar Rp 18 triliun pada tahap pertama. Nilai tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan pengembangan ekosistem value chain yang akan dikerjakan secara bertahap. Budiman mengklaim sudah ada satu negara dari Amerika Utara yang berkomitmen menjadi pemodal.