Cibadak yang Hancur oleh Bom Pesawat Inggris, Kisah Lautan Api di Sukabumi

Selasa 23 Februari 2021, 10:54 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Tugu di depan gedung Sekolah Dasar Negeri III Cibadak Sukabumi itu tertancap kuat di perut bumi dan menjadi saksi bisu peristiwa jatuhnya bom oleh Inggris. Tak hanya Bandung, wilayah ini juga pernah menjadi lautan api akibat penyerangan tersebut.

Kekalahan Inggris dalam Perang Konvoi I yang berlangsung pada 9 Desember 1945 atau lebih dikenal dengan Perang Bojongkokosan memicu amarah yang luar biasa. Pimpinan sekutu di Batavia sangat geram dan merasa terhina. Apalagi mereka merupakan pemenang Perang Dunia II, namun dipecundangi gerombolan dari Sukabumi.

photoTugu yang ada di depan gedung Sekolah Dasar Negeri III Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Foto ini diambil pada tahun 2017. - (Irman Firmansyah/Dokumen Pribadi)

Pengeboman Cibadak oleh Inggris

Usai mengalami kekalahan dalam Perang Konvoi I, komandan pasukan Inggris di Jakarta, Philip Christison memerintahkan angkatan udaranya (Royal Air Force atau RAF) untuk melakukan serangan balasan. Tak menunggu lama, tentara Inggris langsung mencari titik sumber serangan terhadap mereka. Bukan hanya tenaga telik sandi yang disebar, namun dalam upayanya mendapatkan informasi tersebut juga mereka mengerahkan sejumlah pesawat pengintai.

Pengamat sejarah Sukabumi, Irman Firmansyah mengatakan bahwa alasan Cibadak menjadi target penyerangan adalah karena Inggris mengira bahwa pejuang Sukabumi bersembunyi di wilayah ini. Selain itu, alasan lainnya adalah intelijen militer Inggris yang juga menyimpulkan bahwa pusat pertahanan para pejuang Indonesia adalah Cibadak karena lokasi tersebut terletak di antara Bojongkokosan dan Cikukulu (dua tempat di mana tentara Inggris menderita korban yang cukup banyak).

"Mereka langsung memerintahkan untuk meratakan Cibadak dengan tanah. Asumsinya Cibadak adalah tempat berkumpul para pejuang yang menyerang di Bojongkokosan," kata Irman yang juga penulis buku Soekaboemi the Untold Story kepada sukabumiupdate.com, Selasa, 23 Februari 2021.

photoPesawat Thunderbolt Inggris saat melakukan persiapan untuk menjatuhkan bom di Cibadak, Kabupaten Sukabumi. - (Crown)

Padahal Komandan Resimen 13 TKR atau Tentara Keamanan Rakyat yang membawahi Sukabumi dan Cianjur saat itu, Letnan Kolonel (Purn) Eddie Soekardi mengungkapkan bahwa pasukannya tidak pernah membangun basis perjuangan di Cibadak. "Mereka kecele, kita tidak pernah berbasis di sana," ungkapnya dilansir dari Historia.

Maka sehari setelah mendapat hantaman di Bojongkokosan dan Cikukulu, pada 10 Desember 1945, dari pangkalan udara Kemayoran, Jakarta, bergeraklah kurang lebih satu skuadron tempur RAF dengan 13 pesawat. Mereka terdiri dari empat Mosquito (sejenis pesawat pemburu dan pembom buatan Inggris) yang membawa hulu ledak di setiap 8 bomnya dan enam Thunderbolt (pesawat pembom yang memuat 500 pound bom, bom terberat yang pernah dijatuhkan saat itu di Pulau Jawa), termasuk ada pula pesawat jenis Beaufighter.

Sebelum mulai menjatuhkan bom, sambung Irman, tahap pertama yang dilakukan RAF adalah menyebarkan terlebih dahulu ribuan pamflet ke daratan Cibadak. Mereka meminta agar para pejuang Indonesia menyerah dan penduduk sipil menyingkir meninggalkan rumah. Karena tak ada respon dari pihak TKR dan kelompok lasykar, maka beberapa jam kemudian mereka langsung melakukan pemboman secara membabi buta.

"Para pilot diinstruksikan untuk menghapus Cibadak dari peta," kata Irman. "Para pilot melihat di sepanjang jalan banyak truk dan tank bergeletakan di jalanan bekas perang yang berlangsung sehari sebelumnya. Pesawat mereka juga sempat terkena badai hujan sebelum tiba di Cibadak," jelasnya menambahkan.

photoPesawat Mosquito Inggris saat melakukan persiapan untuk menjatuhkan bom di Cibadak, Kabupaten Sukabumi. - (Crown)

Irman mengungkapkan bahwa serangan udara itu disebut dalam buku The Fighting Cock: The Story of The 23rd Indian Division karya Kolonel A.J.F. Doulton sebagai The Heaviest Airstrike in 'Java War' atau serangan udara terhebat dalam 'Perang Jawa'.

Serangan ini dimulai dari setelah jembatan Pamuruyan, pertokoan, pertigaan Cibadak, Kebon Randu, dan sekitar Sekarwangi. Kala itu sebagian besar penduduk Cibadak telah mengungsi dan hanya menyisakan beberapa kelompok pejuang yang bersembunyi di sejumlah tempat, antara lain di bawah jembatan kereta api Pamuruyan, jembatan Leuwi Goong, dan jembatan Cikolawing. Sedangkan beberapa penduduk yang enggan mengungsi masih menempati rumah-rumah mereka di wilayah itu.

"Bom-bom mulai dijatuhkan dan senjata mulai dimuntahkan ke hampir seluruh penjuru Cibadak. Hal itu mengakibatkan kebakaran hebat terjadi di sana-sini dan bangunan hancur sebagai akibatnya. Di stasiun kereta api, seorang petugas sinyal juga menjadi korban tembakan pesawat Mosquito," papar Irman.

Cibadak dibuat tidak berdaya. Hampir sebagian besar wilayahnya menjadi lautan api lengkap dengan bumbungan asap tebal. Kondisi kota menjadi porak poranda. Puluhan mayat bergelimpangan di jalan-jalan dan sebagian dari mereka merupakan pejuang Indonesia atau penduduk sipil yang tidak sempat menyingkir ke tempat aman saat serangan udara Inggris dimulai siang itu.

Perlawanan Terhadap Inggris

photoPesawat Inggris saat melakukan persiapan untuk menjatuhkan bom di Cibadak, Kabupaten Sukabumi. - (Crown)

Irman mengatakan pada awalnya tidak ada perlawanan apa pun terhadap serangan udara Inggris tersebut. Cibadak seolah menjadi sandsack alias karung pasir yang terus dihujani pukulan. Tetapi, beberapa pesawat tempur Inggris mulai ditembaki mesin dengan kaliber berat dari bawah.

Di tengah pemboman itu, ada suatu kisah heroik. Salah seorang pejuang muda dari Nagrak sekaligus anggota TKR bernama Ojong Bantamer nekat memanjat pohon kelapa sambil membawa senjata ringan dan menembaki pesawat Inggris dari atas pohon. Ia berteriak dengan lantang menantang pasukan tempur tersebut.

"Bantamer sang pemberani itu tetap selamat sesudah peristiwa tersebut. Namun kemudian ia dikisahkan gugur saat mencegat konvoi di dekat talang Degung ketika Agresi Militer Belanda I tahun 1947," ujar Irman.

Penembakan yang dilakukan Bantamer ketika penyerbuan Cibadak ternyata menimbulkan kerusakan serius pada pesawat Thunderbolt yang memaksanya kembali ke Kemayoran setelah menjatuhkan beberapa bom beratnya.

Hancurnya Cibadak di Tangan Inggris

Salah satu tempat yang menjadi saksi bisu pemboman tersebut adalah tugu di depan gedung Sekolah Dasar Negeri III Cibadak. Konon katanya, tugu itu merupakan bom yang tidak meledak. Selain itu, ada juga tiga makam dengan tulisan Ujang, Karim, dan Majen. Mereka diduga sebagai korban yang meninggal akibat terkena bom pesawat RAF.  

Satu jam setelah serangan udara Inggris, Cibadak hancur dan rata dengan tanah. Berita pemboman Cibadak sampai hingga ke Batavia dan membuat situasi memanas. Ribuan pejuang Indonesia berkumpul di beberapa tempat di Batavia dan marah atas peristiwa tersebut. Suasana mendadak menjadi genting. Bahkan Jenderal Philip Christison pun dibuat sangat khawatir dan segera menemui Sutan Syahrir untuk berunding.

photoBerita penyerangan Cibadak oleh Inggris - (Delpher)

"Tak hanya menimbulkan kegentingan di Batavia, pemboman Cibadak juga ternyata mendapat kecaman dari dunia internasional, termasuk dari Perdana Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru," sambung Irman. Parlemen Inggris disebut hingga melakukan rapat mendadak dan memutuskan untuk mempercepat keterlibatan negaranya di Hindia Belanda.

Letkol Eddie Soekardi bersaksi bahwa saat ia bermaksud melakukan pemakaman resmi dan berangkat ke Cibadak bersama Ahmad Kosasih dan Tomet Mansyur melalui Cikembar menggunakan mobil, sebelum memasuki Cibadak, mereka melihat pesawat-pesawat turun rendah dan membombardir Cibadak. Mobil mereka akhirnya berhenti dan bersembunyi di perkebunan.

Serangan udara RAF sendiri selesai pada sekira pukul 16.00 WIB dan Eddie Soekardi segera memeriksa kondisi kota Cibadak yang porak poranda. Ia melanjutkan mengunjungi korban Bojongkokosan yang ditambah dengan korban pemboman sekaligus bertemu Dr Hasan Sadikin. Sedikitnya ada 40 anak buah Eddie, rata-rata berusia 19-22 tahun yang terbujur kaku, gugur dalam pertempuran tersebut. Letkol Eddie pun mengenangnya sambil berlinang air mata.

Secara keseluruhan, dalam rangkaian pertempuran Bojongkokosan (Perang Konvoi I), pihak sekutu mengalami cukup banyak kerugian, antara lain sembilan truk dan dua mobil Jeep jatuh ke tangan TKR. Namun kerugian di pihak Indonesia juga cukup besar. TKR kehilangan 60 prajurit di samping korban dari pihak Barisan Pejuang Rakyat yang jauh lebih banyak lagi. Demikian pula dari penduduk Cibadak yang menjadi korban pemboman dan tembakan mitraliur (sejenis senapan serbu) dari pesawat udara.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Sukabumi20 April 2024, 00:14 WIB

Usai Lebaran, Pasien Membludak di RSUD Palabuhanratu Sukabumi

Humas RSUD Palabuhanratu Sukabumi sebut pasien yang datang rata-rata mengeluhkan penyakit demam, pencernaan, metabolik, serta penyakit dalam.
Kondisi di sekitar IGD RSUD Palabuhanratu Sukabumi, Jumat (19/4/2024). (Sumber : SU/Ilyas)
Sukabumi Memilih19 April 2024, 23:48 WIB

Yudi Suryadikrama Respon Perundingan Kebonpedes Soal Dukungan Maju Pilkada Sukabumi

Ketua DPC PDIP Kabupaten Sukabumi, Yudi Suryadikrama merespon pernyataan sejumlah kader partai yang memintanya untuk maju dalam kontestasi Pilkada Sukabumi 2024.
Yudi Suryadikrama Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi | Foto : Ibnu Sanubari
Keuangan19 April 2024, 23:24 WIB

Upaya Bapenda Sukabumi Mudahkan Layanan Perpajakan Bagi Wajib Pajak di Desa

Kepala Bapenda Kabupaten Sukabumi Herdy Somantri mengatakan inovasi tersebut menekankan pentingnya integrasi sistem administrasi pajak daerah dari tingkat desa hingga kabupaten.
Kepala Bapenda Kabupaten Sukabumi Herdy Somantri. | Foto: SU/Ilyas (Sumber : SU/Ilyas)
DPRD Kab. Sukabumi19 April 2024, 22:01 WIB

DPRD Minta Bakesbangpol Usut Penyebab Meninggalnya Peserta Seleksi Paskibraka Sukabumi

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi Hera Iskandar turut berbelasungkawa atas meninggalnya Kayla Nur Syifa saat mengikuti seleksi Paskibraka.
Jenazah siswi SMAN Negeri 1 Cisaat saat akan diberangkatkan dari RSUD Palabuhanratu menuju rumah duka di Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jumat (19/4/2024). | Foto: SU/Ilyas Supendi
Opini19 April 2024, 21:44 WIB

Menjadi Lelaki Berkualitas: Inspirasi dari Kartini

Sosok Kartini, seorang pejuang kesetaraan gender dari Indonesia pada abad ke-19, memberikan pandangan yang menarik dan relevan, bukan saja bagi perempuan, bahkan bagi kaum laki-laki masa kini.
Dr. Ari Riswanto, M.Pd., MM / Dosen Universitas Linggabuana PGRI Sukabumi/Pengurus DPW Forum shilaturahmi Doktor Indonesia | Foto : Sukabumi Update
Sukabumi19 April 2024, 21:08 WIB

Dinsos Sukabumi Salurkan Program Makan Untuk Lansia Di Tegalbuleud Sukabumi

Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, bantu salurkan program bantuan makanan bagi lanjut usia (Lansia), yang merupakan program Kemensos RI.
Program makan bagi lansia di Tegalbuleud Sukabumi | Foto : Ragil Gilang
Sukabumi19 April 2024, 21:04 WIB

Kronologi dan Dugaan Penyebab Meninggalnya Siswi Sukabumi saat Ikut Tes Seleksi Paskibraka

Berikut kronologi dugaan penyebab meninggalnya Kayla Nur Syifa Siswi Sukabumi peserta seleksi Paskibraka.
Suasana rumah duka Kayla Nur Syifa di Desa Cibentang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jumat (19/4/2024). | Foto: SU/Asep Awaludin
Life19 April 2024, 20:29 WIB

5 Penjelasan Kenapa Seseorang Mudah Menangis Tanpa Sebab

Ketika seseorang menangis tanpa alasan yang jelas, hal itu seringkali dapat menjadi pengalaman yang membingungkan dan membuat frustrasi.
Kenapa seseorang mudah menangis tanpa sebab | Foto : pixabay/jouycristoo
Sukabumi19 April 2024, 20:11 WIB

Ratusan Buruh Garmen di Cicurug Sukabumi Demo Tuntut Perusahan Bayar Gaji

Ratusan buruh pabrik garmen berdemonstrasi di depan halaman PT Indo Garment Lestari (IGL) tepatnya di Kampung Bojong Pereng, Desa Nyangkowek, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jumat (19/4/2024).
Sejumlah buruh pabrik garmen melakukan aksi demo di depan halaman PT IGL | Foto : Ibnu Sanubari
Sukabumi19 April 2024, 20:05 WIB

Cita-citanya Polwan, Orang Tua Terpukul Kehilangan Kayla Siswi Peserta Paskibraka Sukabumi

Orang tua Kayla Nur Syifa peserta seleksi Paskibraka Kabupaten Sukabumi yang meninggal punya cita-cita jadi Polwan.
Orang tua Kayla Nur Syifa peserta Paskibraka Kabupaten Sukabumi yang meninggal saat diwawancarai sukabumiupdate.com di rumah duka (Sumber : SU/Asep Awaludin)