Oleh: Nabila Nurul Putri
(Mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Nusa Putra Sukabumi)
Dampak Virus Corona atau Covid-19 nampaknya berimbas pada semua sektor terutama ekonomi. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan tertekan di level 2,1 persen. Hal ini disebabkan oleh terus meluasnya persebaran Covid-19 baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bank Indonesia (BI) pun telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI menjadi di Bawah 5 Persen atau hanya sekitar 2,5 persen saja yang biasanya mampu tumbuh mencapai 5,02 persen.
Hal ini diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi karena pandemi Covid-19. Keterlambatan ini ditandai dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri seiring dengan menurunnya sentimen bisnis dan konsumen.
Pandemi Covid-19 akan berimplikasi buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia pada tahun ini, karena terjadi bersamaan dengan menurunnya harga komoditas dan gejolak pasar keuangan. Inflasi yang terjadi ditahun ini pun diproyeksi akan mengalami peningkatan ke level 3 persen, karena ketatnya pasokan pangan dan depresiasi mata uang yang diperkirakan dapat diimbangi sebagian oleh penurunan harga bahan bakar non-subsidi, serta subsidi tambahan untuk listrik dan pangan. Namun, pada tahun 2021 inflasi diyakini kembali ke level normal, yakni 2,8 persen.
Sementara itu, berbeda halnya dengan inflasi, segi pendapatan ekspor pariwisata dan komoditas, diperkirakan terjadi penurunan yang menyebabkan defisit transaksi berjalan mencapai 2,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2020.
Seperti pada laporan World Bank yang bertajuk East Asia and The Pacific in The Time of COVID-19 pada hari Selasa tanggal 31 Maret 2020 lalu, menyatakan meski sempat tertekan di tahun ini pertumbuhan ekonomi RI akan kembali rebound di kisaran 5,4 persen pada 2021 mendatang. Hal ini seiring dengan tingkat permintaan agregat yang kian stabil.
"Kerugian yang berdampak pada Outlook pertumbuhan tahun ini cukup parah," menurut World Bank dalam laporannya tersebut. Lebih lanjut, Wold Bank menyebut berbagai upaya yang dilakukan dalam mencegah persebaran virus baik secara global maupun domestik akan mengurangi tekanan terhadap permintaan global, harga komoditas, perdagangan internasional hingga pariwisata dan sentimen bisnis global serta pertumbuhan investasi.
Mereka menilai pertumbuhan investasi akan melambat akibat adanya fluktuasi pada perdagangan yang menyebabkan kepercayaan investor menjadi lebih rendah. Namun kendati demikian, ongkos kredit yang lebih murah serta usulan reformasi ekonomi diharapkan bisa mendukung proses pemulihan dalam beberapa waktu ke depan.
Adapun pertumbuhan belanja pemerintah diproyeksi bakal menguat, dengan besarnya paket stimulus fiskal yang digelontorkan dalam meredam dampak virus corona. "Di tengah penurunan tajam pertumbuhan dan perdagangan global, ekspor dan impor Indonesia diperkirakan akan terkontraksi untuk kedua kalinya tahun ini.
Defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) pun diproyeksi akan melebar dari 2,7 persen terhadap PDB menjadi 2,8 persen terhadap PDB lantaran pendapatan dari pariwisata yang merosot tajam, juga harga komoditas yang terus tertekan, jelas Bank Dunia.
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, pulihnya perekonomian Indonesia pada tahun depan dipengaruhi oleh upaya pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja dan Perpajakan.
Sebelumnya, Perrymenjelaskan kondisi Covid-19 terhadap perekonomian global menyebabkan ketidakpastian yang sangat tinggi dan menurunkan kinerja pasar keuangan global, menekan banyak mata uang dunia, serta memicu pembalikan modal kepada aset keuangan yang dianggap aman.
Prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat terganggunya rantai penawaran global, menurunnya permintaan dunia, dan melemahnya keyakinan pelaku ekonomi. Data Februari 2020 menunjukkan berbagai indikator dini global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI), serta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam.
"Dengan risiko ke bawah yang tetap besar, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2020 turun menjadi 2,5 persen, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 2,9 persen dan juga proyeksi sebelumnya sebesar 3,0 persen," ujarnya.
Pasca berakhirnya wabah Covid-19, perekonomian global diprakirakan kembali meningkat pada 2021 menjadi 3,7 persen, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya 3,4 persen. "Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan OJK untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap Indonesia dari waktu ke waktu," ujarnya.
Semoga pandemi ini dapat segera berakhir agar segala sektor dapat berjalan kembali seperti semula.