SUKABUMIUPDATE.com - Kasus gagal ginjal akut pada anak menyita perhatian publik, karena dugaan pemicunya karena obat sirup yang tak layak edar. Setelah mulai terungkap, semua jadi repot, termasuk aparat di Sukabumi yang menyisir seluruh toko obat dan apotik untuk memastikan merk-merk produk medis tersebut tidak lagi diedarkan atau dijual.
Sukabumiupdate mengupas masalah ini dalam program talkshow terbaru yang menghadirkan Dokter Spesialis Anak, dr. Hj. Rini Sulviani, Sp. A, M.Kes. Talk Show Dokter Kita, ditayangkan pada Senin, 14 November 2022 pukul 19.00 WIB, melalui sejumlah platform official sukabumiupdate, yaitu Instagram, YouTube, Facebook, Dailymotion dan Spotify.
Dalam video berdurasi 24 menit 17 detik tersebut dibahas tuntas kasus gagal ginjal akut pada anak secara umum dan update kasusnya di Sukabumi.
Berikut 9 Fakta Penting seputar Kasus Gangguan Ginjal Misterius pada anak dalam program Dokter Kita!
1. FUNGSI GINJAL
Ginjal adalah satu organ tubuh manusia yang terletak di rongga abdomen, perut.
Ginjal tepatnya berada di perut bagian belakang, berfungsi mengeluarkan cairan berlebih dan membuang racun dalam tubuh. "Jadi semua racun-racun tubuh itu dibuangnya lewat ginjal" kata dr. Rini dalam program Dokter Kita, Senin (14/11/2022).
Ginjal juga berfungsi untuk mengatur tekanan darah sehingga jika ginjal rusak maka berdampak pada perubahan tensi, misalnya menjadi tinggi. Seseorang yang divonis gagal ginjal kronis rentan mengalami anemia atau kurang darah.
Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dalam memproduksi hormon yang mengatur sel darah merah terganggu. "Jadi misalnya dia gagal ginjal kronis biasanya dia anemi, kurang darah." pungkas dr. Rini.
2. PENYEBAB GANGGUAN GINJAL
Dari 324 kasus gangguan ginjal yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI, dilaporkan lebih dari 50% diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Tingginya angka kematian berkaitan erat dengan fungsional ginjal yang dapat dipengaruhi oleh penyakit lain.
Misalnya, anak yang mengalami dehidrasi (kurang cairan) dan memiliki sumbatan di saluran kencing, berpotensi mengalami gangguan fungsi ginjal.
3. HOAKS! KEMATIAN GAGAL GINJAL AKIBAT COVID-19
Salah satu informasi hoaks terkait gangguan ginjal adalah kematian akibat COVID-19. Padahal, dr Rini menjelaskan bahwa dari pemeriksaan anak-anak yang mengalami gagal ginjal, hanya beberapa yang ditemukan antibodi COVID-19 bahkan hampir tidak ada.
Selain itu, anak kurang dari enam tahun bukan termasuk sasaran vaksin COVID-19. Sehingga hal tersebut tidak memiliki korelasi dengan kasus gagal ginjal yang umumnya adalah anak berusia lima tahun ke bawah (<5 tahun).
4. EG DAN DEG AMAN JIKA DIOLAH DENGAN BENAR
Bersamaan dengan kasus gagal ginjal di Indonesia yang masih diselidiki dan diteliti, WHO kemudian merilis kasus kematian anak di gambia, yang diduga terpapar pelarut EG dan DEG. Dokter Rini mengungkap bahwa sebenarnya pelarut EG dan DEG tergolong aman jika pengolahannya dilakukan dengan benar. Pelarut EG dan DEG berbahaya ketika hasil pengolahannya menimbulkan cemaran yang merusak fungsi ginjal.
5. GEJALA TERPAPAR PELARUT CEMARAN EG DAN DEG
Terdapat tiga indikator deteksi dini apakah seseorang terpapar cemaran pelarut EG dan DEG dilihat dari urin yang dikeluarkan, meliputi:
1. Frekuensi Buang Air Kecil (BAK) Menurun
Normalnya yaitu BAK setiap tiga sampai empat jam sekali.
2. Warna Urin Cenderung Gelap
Perubahan warna urin terjadi akibat asupan cairan (minum) kurang atau dehidrasi.
3. Jumlah Urin yang Dikeluarkan Lebih Sedikit
Jumlah urin yang keluar normalnya yaitu minimal 1,5-2 cc/kilo/jam.
Masyarakat juga perlu waspada saat anak demam, diare dan mengalami gangguan saluran nafas (batuk dan pilek).
Selain itu, gangguan ginjal yang sudah tergolong berat juga dapat dilihat dari gejala sebagai berikut: Edema atau Pembengkakan di bagian tubuh tertentu, Kejang, Penurunan Kesadaran
6. KASUS GANGGUAN GINJAL DI SUKABUMI
Berdasarkan keterangan Dokter Rini, hingga saat ini, Sukabumi tidak melaporkan adanya kasus gangguan ginjal anak akibat cemaran yang sedang heboh diperbincangkan (pelarut EG dan DEG). Beberapa kasus gangguan ginjal di Sukabumi bukan disebabkan oleh cemaran pelarut EG dan DEG, melainkan karena infeksi tertentu.
Infeksi yang dimaksud seperti bakteri penyebab penyakit kulit dan sakit tenggorokan yang berpengaruh terhadap fungsi ginjal.
7. GAGAL GINJAL vs GANGGUAN GINJAL AKUT
Perbedaan antara kedua istilah tersebut terletak pada urin yang dikeluarkan oleh ginjal, yakni:
• Gagal Ginjal : Tidak BAK karena fungsi ginjal sudah tidak ada.
• Gangguan Ginjal Akut : Urin masih ada meskipun berubah warna.
8. TIPS KETIKA TERPAPAR CEMARAN PELARUT EG DAN DEG
Selain awas terhadap gejala terpapar cemaran pelarut EG dan DEG, beberapa tips mudah bagi masyarakat diantaranya:
• Tips Perawatan
1. Cukupi kebutuhan cairan tubuh
2. Rutin cek frekuensi BAK, jumlah dan warna urin
3. Rutin mengecek popok anak setiap tiga jam
4. Mengkonsumsi obat sesuai dosis yang diresepkan
5. Hindari penggunaan obat sirup sebelum adanya keputusan resmi pemerintah
Tak hanya tips perawatan, Dokter Rini juga memberikan beberapa tips mengkonsumsi obat tablet sebagai berikut:
• Berat Badan sekitar 10 kg : satu obat tablet dibagi menjadi empat.
• Berat Badan sekitar 20 kg : satu obat tablet dibagi menjadi dua.
• Obat yang sudah dibagi kemudian dicampur dengan air untuk dilarutkan.
9. TEMUAN OBAT GAGAL GINJAL AKUT KEMENTERIAN KESEHATAN
Diketahui, Indonesia mendapatkan hibah obat Gagal Ginjal Akut dari negara Singapura, Australia dan Jepang. Berdasarkan laman resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, salah satu hibah obat gagal ginjal akut berasal dari Jepang dan merupakan donasi PT. Takeda Indonesia.
Obat Gagal Ginjal Akut tersebut adalah 200 vial Fomepizole 1,5ml yang tiba pada Sabtu, 29 Oktober 2022 lalu. Obat Gagal Ginjal Akut Fomepizole 1,5ml diberikan secara gratis kepada seluruh pasien.
Namun demikian, dr. Rini mengatakan, oleh karena Sukabumi tidak memiliki pasien gagal ginjal akut akibat pelarut EG dan DEG, maka obat tidak didistribusikan ke Sukabumi.
"Obat diprioritaskan bagi pasien yang mengidap gagal ginjal akut, sehingga Sukabumi tidak mendapatkan obat tersebut" ujar dr. Rini, Senin (14/11/2022).
Sumber : dokter kita,setkab.go.id
Writer: Nida Salma M