SUKABUMIUPDATE.com - Di zaman sekarang ini kata baper atau bawa perasaan sudah tidak asing lagi di telinga orang Indonesia.
Kata baper memiliki arti mudah merasa tersinggung. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh emosional yang cukup kompleks dan dipengaruhi oleh faktor pribadi.
Melansir dari Tempo.co, mengenai faktor pribadi tersebut berkaitan dengan harga diri yang memang memiliki peran penting dalam perasaan mudah tersinggung atau baper.
Mengutip publikasi Feeling Offended: A Blow to Our Image and Our Social Relationships, perasaan mudah tersinggung keadaan emosional yang mendalam yang melewati tiga fase.
- Pertama, identifikasi penyebab. Itu diterjemahkan sebagai penghinaan terhadap nilai ideal.
- Kedua, perasaan tersinggung dengan intensitas relatifnya terkait harapan dan pengakuan.
- Ketiga, reaksi terhadap perasaan tersinggung juga mempertimbangkan variabel sosiohistoris.
Penyebab Mudah Baper (Tersinggung)
Perasaan tersinggung disebabkan oleh tindakan terus terang terkait erat dengan masalah kehormatan, salah satunya penghinaan.
Terkadang juga orang merasa tersinggung karena alasan lebih halus dan tersirat, misalnya kurangnya perhatian dari pihak lain, penolakan atas tawaran bantuan, bahkan perilaku altruis yang mengesankan tak berdaya dan mempermalukan.
Sesuatu pada masa lalu sebagai trauma. Kini, hanya dengan memikirkannya membuat terbayang kembali seolah-olah itu terjadi kemarin.
Sejauh masih mengalami emosi, sensasi, atau pikiran yang mengkhawatirkan tentang yang terjadi saat itu.
Mengutip Psychology Today, sifat alami dari trauma di masa lalu bisa menyebabkan seseorang mudah peka secara negatif pada apa yang dialaminya di masa sekarang.
Hal tersebut, secara tak sadar mengingatkan akan sesuatu pada masa lalu. Sesuatu yang sangat mempengaruhi mungkin membuat takut atau malu.
Trauma masa lalu rentan membuat orang makin mudah tersinggung. Sebab, tanpa sadar keadaan seperti itu membuat orang sangat waspada. Misalnya, ketika seseorang dipermalukan secara terus-menerus diejek sampai dewasa.
Jika ia punya teman baru sedang bercanda mengomentari hal yang ternyata bersinggungan ingatan masa lalu. Lelucon itu membangkitkan kembali terdorong untuk bereaksi negatif.
Keliru menerjemahkan maksud orang lain juga mungkin bisa terjadi. Itu bila orang yang diajak bicara keras melampiaskan kemarahan.
SOURCE: TEMPO.CO