SUKABUMIUPDATE.com - Naiknya harga BBM bersubsidi berimbas kepada membengkaknya biaya operasional Nelayan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Sedangkan, hasil tangkapan ikan yang didapat nelayan turun.
Perahu yang dipakai nelayan Palabuhanratu seperti perahu fiber bermesin dengan bahan bakar pertalite. Kemudian untuk perahu besar menggunakan mesin berbahan bakar solar.
Untuk satu perahu membutuhkan 450 hingga 500 liter pertalite apabila dipakai untuk 20 hingga 25 hari melaut.
Baca Juga :
“Hasil pantauan kami di lapangan dengan adanya kenaikan BBM, operasional melaut nelayan jadi lebih tinggi,” ujar Kepala Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi David Ibrahim kepada sukabumiupdate.com, Jumat 9 September 2022.
Nelayan pun semakin terpukul sebab ikan hasil tangkapan melaut menurun. Selain itu, harga ikan laut yang saat ini belum ada kenaikan signifikan. Sehingga pendapatan nelayan tak sebanding dengan beban operasional melaut.
“Disaat adanya kenaikan harga BBM ini, mereka berharap hasil tangkapan benar-benar melimpah, lalu ada kesesuaian harga penjualan dengan beban operasional melaut yang tinggi,” tandasnya.
Sementara itu salah seorang nelayan Palabuhanratu, Sule mengaku pasrah dengan naiknya harga BBM. Hanya saja ia mengeluhkan biaya modal operasional untuk membeli BBM menjadi bertambah, sedangkan penghasilan menjadi berkurang karena harga ikan tidak mengalami kenaikan.
"BBM naik bagi nelayan bikin sulit, sedangkan harga ikan seperti biasa. Jelas harus menambah modal," kata Sule.
Sule berharap harga BBM kembali turun. Dia mengatakan uang hasil penjualan ikan yang didapat hanya habis untuk modal operasional jika harga BBM tetap seperti saat ini.
"Biasanya pendapatan Rp 5-10 juta, sekarang kan pendapatan balik lagi ke modal, biasanya modal Rp 200, Rp 300 ribu, sekarang [modal] Rp1 juta ke atas. Pendapatan juga kan dibagi-bagi, biasanya satu perahu itu 10 orang. Cukup drastis dampaknya," tuturnya.