SUKABUMIUPDATE.com - Pengasuh Pondok Pesantren An-Nidzom Sukabumi Abuya KH Abdulloh Mukhtar mendukung sikap mahasiswa dan elemen warga lainnya yang menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Ulama sepuh yang akrab disapa Abuya Muchtar memberi catatan bahwa dukungannya hanya untuk aksi-aksi yang dilakukan dengan kebaikan, bukan arogansi, emosi, dan melupakan kewajiban seperti lupa waktu sholat.
Melalui pesan suara yang disampaikan kepada sukabumiupdate.com, pada Rabu 7 September 2022, Abuya Mukhtar menegaskan kebijakan pemerintah ini harus disikapi sesuai dengan tuntutan agama.
Menurut Abuya Muhtar, demo menolak kenaikan BBM adalah bentuk perjungan dalam menyampaikan pendapat dan kritik kepada pemerintah.
"Dalam Islam, Demo atau unjuk rasa adalah amar makruf nahi mungkar. Dimana dikatakan orang yang bermaksud melaksanakan kebaikan untuk merubah apapun harus dengan kebaikan juga. Jadi penekanannya adalah wajib dilakukan dengan cara-cara kebaikan," jelas Abuya Muchtar.
Ia menggaris bawahi cara merubah atau menolak kebijakan harus dilakukan dengan kebaikan, tidak arogan atau emosi yang malah berpotensi merusak nilai perjuangan. Abuya Mukhtar juga mengingatkan selain aksi yang beradab, demonstran khususnya dari kalangan muslim tidak boleh melupakan waktu-waktu sholat.
"Jika tiba waktu sholat ya tunaikan dulu. Karena selain berjuang melalui unjuk rasa kita juga wajib berdoa kepada Allah Subhanahu wa taala. Mendoakan perjuangan kita, mendoakan rakyat dan bangsa, mendoakan pemerintah agar menjalankan tugasnya untuk kesejahteraan, keadilan dan manfaat lebih luas bagi rakyat," sambung Abuya Muchar.
Ia juga tidak setuju jika aksi-aksi unjukrasa dilakukan hingga malam hari. Abuya berpesan sebaiknya demo yang dilakukan oleh para mahasiswa dan elemen warga lainnya diakhiri sebelum sholat Magrib.
Baca Juga :
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga hari terakhir gelombang aksi mahasiswa terjadi di Sukabumi, terkait kebijakan pemerintah menaikan harga BBM pada 3 September 2022 lalu. Elemen mahasiswa dari KAMMI, GMNI dan IMM yang melakukan aksi di Kota Sukabumi intinya menolak kebijakan tersebut.