SUKABUMIUPDATE.com - Baru-baru ini ramai diperbincangkan mengenai “Resesi Seks” yang menghantui China. Secara sederhana dua kata itu artinya adalah penurunan gairah berhubungan seks, menikah, dan memiliki anak.
Adanya resesi seks yang terjadi di China ini menyebabkan angka kelahiran terus merosot, bahkan kabarnya diprediksi akan kembali mencetak rekor di tahun ini.
Mengutip dari berbagai sumber per tahun 2021, angka kelahiran China berada di 7,52 per 1.000 individu, hal tersebut merupakan angka terendah yang terjadi di negara tersebut sejak tahun 1949.
Data terbaru di tahun 2022 menyebutkan bahwa angka mencapai 11,5 persen lebih rendah dari tahun lalu.
Secara garis besar, penyebab utama adanya resesi seks di negara tersebut adalah permasalahan ekonomi dan semakin banyaknya wanita yang menganggap pernikahan serta memiliki keluarga bukanlah suatu hal yang penting.
Lantas, apa sebenarnya resesi seks itu sendiri? Seperti apa efek atau dampak negatifnya? Simak informasi yang telah dirangkum oleh Suara.com berikut ini.
Penjelasan Resesi Seks
Diketahui, resesi seks diartikan sebagai merosotnya gairah pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah, hingga memiliki anak.
Fenomena tersebut ternyata tidak hanya dialami oleh negara China saja, tetapi juga terjadi di beberapa negara lain.
Fenomena ini menimbulkan masalah demografi yang serius serta memberikan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan.
Faktor-faktor Resesi Seks
Melansir dari The Atlantic, fenomena resesi seks sendiri secara umum bisa terjadi karena sejumlah faktor, yaitu:
1. Menemukan Kesenangan dengan Cara Lain
Salah satu faktor yang menyebabkan adanya fenomena resesi seks diketahui karena saat ini, sangat mudah untuk manusia melakukan dan mencari kesenangan dengan cara yang lain tanpa melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya.
Mengutip dari berbagai sumber, dari tahun 1992 hingga tahun 1994, sejumlah pria di Amerika melaporkan mastur basi dalam minggu tertentu meningkat dua kali lipat menjadi 54 persen.
Tidak terkecuali jumlah wanita yang melakukan mastur basi meningkat lebih dari tiga kali lipat, menjadi 26 persen.
Menyadur dari artikel Economist, tidak hanya Amerika dan China, kaum muda yang ada di negeri Sakura, Jepang juga memiliki pandangan tersendiri pada seks.
Beberapa kaum muda memandang seks sebagai mendokusai atau “melelahkan”.
Oleh karenanya, sebagian dari mereka kerap mengunjungi toko onakura untuk melakukan mastur basi di depan karyawan wanita.
2. Adanya Pandangan Bahwa Seks Menyakitkan
Tidak hanya itu, penyebab adanya resesi seks adalah adanya pandangan bahwa seks menyakitkan.
3. Masalah Ekonomi
Permasalahan ekonomi juga menjadi salah satu faktor adanya resesi seks. Para pria dengan pendapatan lebih rendah atau tanpa pekerjaan cenderung tidak aktif melakukan aktivitas seksual, termasuk para pria dan wanita yang masih berstatus pelajar.
4. Tingkat Pernikahan yang Rendah
Penyebab lain yang menjadi faktor adanya resesi seks adalah tingkat pernikahan yang cenderung menurun.
5. Fokus Kerja dan Kelelahan
Kemungkinan lain yang disebutkan menjadi faktor adanya resesi seks adalah stres kerja dan kelelahan.
Orang-orang bekerja sepanjang hari dan menghadapi hari yang lelah dan berat, yang pada akhirnya mereka terlalu lelah untuk mendapatkan mood terlebih untuk melakukan hubungan seksual.
Efek Negatif Resesi Seks
Lantas, apa saja efek atau atau dampak negatif dari resesi seks?
Efek resesi seks sendiri tentu saja memicu rendahnya angka kelahiran, hal tersebut menyebabkan populasi terancam menyusut.
Hal yang kemudian dikhawatirkan adalah populasi lansia yang akan lebih mendominasi di masa mendatang, sementara usia produktif terus berkurang sehingga memiliki risiko pada aspek sosial, hingga ekonomi.
SOURCE: SUARA.COM | SYIFA KHOIRUNNISA