SUKABUMIUPDATE.com - Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintah akan mengumumkan soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, pertralite dan solar. Menko Marves (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi) ini menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan mengumumkan soal rencana tersebut.
Luhut mengungkapkan kenaikan harga Pertalite dan Solar dilakukan lantaran pemerintah telah memberi subsidi yang besar untuk energi hingga membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) begitu kuat.
"Nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana kenaikan harga ini," ujarnya di Universitas Hasanuddin, Makassar, seperti dikutip dalam video YouTube dikutip dari tempo, Jumat, 19 Agustus 2022.
Luhut berujar presiden sudah mengindikasikan bahwa pemerintah tidak mungkin mempertahankan besarnya subsidi energi. Sebab, menurutnya harga BBM di Indonesia adalah yang termurah.
"Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban APBN yang besar kita," ucapnya.
Pemerintah sebelumnya telah memberi sinyal kenaikan harga BBM bersubsidi. Sinyal ini menguat setelah anggaran subsidi dan kompensasi energi membengkak sampai Rp 502 triliun.
Adapun Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan harga Pertalite akan naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter. Artinya, inflasi 2022 bisa menembus 6-6,5 persen secara year on year.
Adapun dampak kenaikan BBM menurutnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Seperti, penurunan daya beli masyarakat hingga mendorong bertambahnya jumlah orang miskin baru.
"Karena konteksnya masyarakat saat ini sudah menghadapi kenaikan harga pangan, dengan inflasi mendekati 5 persen," kata Bhima saat dihubungi pada Rabu, 17 Agustus 2022.
Menurut Bhima di tengah pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19, kenaikan harga BBM bisa memberikan pukulan berat bagi masyarakat. Ditambah, saat ini ada 11 juta lebih pekerja yang kehilangan pekerjaan, jam kerja dan gaji dipotong, hingga dirumahkan.
"Belum lagi ada 64 juta UMKM yang bergantung dari BBM subsidi," ujarnya. Jika situasi itu diperberat dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, ia khawatir tekanan ekonomi untuk 40 persen kelompok rumah tangga terbawah akan semakin dalam.
Ia berujar pemerintah perlu memikirkan efek kenaikan harga BBM bersubsidi ke UMKM. Sebab saat ini, penikmat BBM bersubsidi bukan hanya pengguna kendaraan pribadi, tapi juga untuk kendaraan operasional UMKM.
SUMBER: TEMPO.CO (RIANI SANUSI PUTRI/HENDARTYO HANGGI)