SUKABUMIUPDATE.com - Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economics and Law Studies mengatakan jika tingginya inflasi di Amerika Serikat juga akan memberikan tekanan terhadap sektor bisnis di dalam negeri.
"Sektor elektronik, otomotif, pakaian jadi, kimia farmasi yang paling terdampak karena konten impornya cukup tinggi," tutur Bhima kepada Tempo pada Minggu, 24 Juli 2022.
Tekanan terjadi karena laju ekspor dan impor terganggu. Tekanan ini makin dalam karena sektor industri sedang beranjak menuju pemulihan ekonomi setelah pagebluk Covid-19.
Untuk menghadapi tekanan tersebut, Bhima menuturkan perusahaan akan melakukan berbagai efisiensi termasuk pengurangan kesempatan kerja.
Ia mengatakan pendapatan masyarakat kemudian akan melemah dan mengganggu pertumbuhan konsumsi domestik.
Selain itu, lonjakan inflasi di Amerika Serikat juga akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Kondisi ini pun memicu larinya modal asing dan mendorong nilai tukar rupiah menuju pelemahan.
Inflasi Amerika menanjak mencapai level 9,1 persen dan dipandang sangat mengkhawatirkan karena merupakan yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Bank sentral Amerika atau The Fed bahkan mengumumkan kemungkinan menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin pada akhir Juli 2022.
Pemerintah Amerika pun sedang berupaya meredam lonjakan inflasi tersebut. Amerika ingin mengatur price cap atau memberlakukan pembatasan harga minyak Rusia.
Tujuannya, untuk menghindari potensi lonjakan harga minyak di masa depan.
WNI di Amerika Serikat, Uly Siregar, menceritakan pada Tempo pengalamannya menghadapi tingginya inflasi di Negeri Abang Sam dalam beberapa bulan terakhir.
Perempuan yang menikah dengan warga negara Amerika Serikat tersebut mengatakan kenaikan harga sangat berdampak terhadap pengeluaran sehari-hari.
Uly tinggal di negara bagian Arizona. Biaya hidup di kota tersebut relatif tidak begitu mahal jika dibandingkan California atau New York.
Namun kenaikan harga bahan bakar minyak lumayan tinggi. Pada tahun lalu, harga bahan bakar masih di bawah US$ 3 per galon, namun sekarang harga BBM di Arizona bisa mencapai US$ 5-6 per galon.
"Untuk pengeluaran sehari-hari terasa sekali kenaikannya. Belanja di supermarket dari semula hanya US$ 70 cukup, sekarang bisa US$ 100," kata Uly, Senin, 18 Juli 2022.
Uly menceritakan dinamika politik soal sebab dan akibat inflasi selalu menghiasi perbincangan publik Amerika setiap harinya. Namun, situasi sosial di wilayahnya masih cenderung aman.
Jika beruntung, sebagian perusahaan cukup prihatin kepada karyawannya dengan menaikkan sedikit gajinya.
Uly menyebutkan, posisi dia dan keluarganya bisa lebih beruntung karena dapat mengatasi masalah kenaikan harga ini.
Baca Juga :
SOURCE: TEMPO.CO | RIANI SANUSI PUTRI | SUCI SEKARWATI