SUKABUMIUPDATE.com - Perubahan iklim dunia terus menjadi perhatian para pemerhati lingkungan dan menjadi salah satu penyebab krisis pangan dunia.
Akibatnya, hasil panen yang ditanam akan menjadi menurun. Di saat bersamaan harga pangan pun akan meningkat tajam. Tentu hal tersebut akan menjadikan kehidupan terasa lebih sulit.
Melansir weforum.org via Tempo.co, terdapat fluktuasi sebanyak 30 persen untuk tanaman yang ditanam per hektar akibat perubahan iklim di setiap tahunnya di tingkat global.
Misalnya dalam laporan PBB berjudul Hunger Hotspot, Somalia secara tiga musim berturut-turut mengalami defisit curah hujan.
Hal ini membuat ketersediaan pangan semakin terbatas. Alhasil, Somalia semakin bergantung dengan impor gandum dari Federasi Rusia dan Ukraina.
Begitu pula dengan Guinea dan Benin. Kawasan ini memiliki hujan yang tidak menentu dan di bawah normal. Kondisi ini membuat rentan membuat pertanian kurang maksimal.
Sementara di Tanjung Verde (Cape Verde), sudah terjadi lima kali musim kering berturut-turut. Menyimpulkan bahwa negara ini berpotensi terhadap krisis pangan berkelanjutan.
Faktor dari Perubahan Iklim yang Dapat Picu Krisis Pangan
Beragam hal mampu mengakibatkan kualitas tanaman menurun, bahkan menjadi rusak. Berikut adalah faktor-faktor dari perubahan iklim pada tanaman:
Melansir climatechange.chicago.gov, faktor pertama adalah peningkatan suhu di suatu tempat. Beberapa daerah mungkin memiliki tingkat pemanasan yang ideal. Sebaliknya, jika suatu daerah memiliki suhu yang sangat tinggi, maka hasilnya pun ikut menurun.
Faktor lainnya adalah tingkat karbondioksida yang sangat tinggi. Umumnya, karbondioksida mampu mendukung tanaman untuk tumbuh. Namun, faktor seperti perubahan suhu, nutrisi, dan ozon menghambat potensi pertumbuhan.
Lalu, karbondioksida juga dinilai kurang baik bagi tanaman karena mengurangi konsentrasi protein dan mineral penting. Misalnya pada tanaman gandum, kedelai, dan beras.
Suhu dan curah hujan yang ekstrim pun menjadi faktor yang membuat tanaman susah tumbuh. Apalagi ketika cuaca ekstrim menyebabkan banjir di kawasan tempat panen yang terakumulasi bisa berujung ke krisis pangan.
SUMBER: TEMPO.CO/FATHUR RACHMAN