SUKABUMIUPDATE.com - Demi kelancaran pesta demokrasi Pemilu 2019, sejumlah panitia KPPS, serta aparat hukum yang mengawal logistik pemilu harus bertaruh nyawa dan rela melalui jalanan terjal. Seperti yang dilakukan Babinsa Serda Endang Sopandi dan Bhabinkamtibmas Bripka Diding Sukendar. Keduanya sama-sama bertugas di Desa Cilangkap, Kecamatan Lengkong.
BACA JUGA: Lewati Sungai dan Lumpur, Distribusi Logistik Pemilu 2019 di Nangela Sukabumi
Serda Endang dan Bripka Diding tengah mengawal pengiriman logistik Pemilu 2019 ke TPS 18 yang beralamat di Kampung Cipatat Desa Cilangkap, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Mereka harus menempuh jarak kurang lebih sejauh 30 kilometer dan dilalui selama dua jam perjalanan.
"Meskipun perjalanan terjal dan sangat curam, namun kami pastikan sebanyak 111 jiwa yang memiliki hak pilih, harus dapat menyalurkan suaranya pada pemilu 17 April besok," ungkap Bripka Diding kepada sukabumiupdate.com, Selasa (16/4/2019).
Bripka Diding Sukendar dan Serda Endang Sopandi berboncengan saat mengawal pengiriman logistik pemilu ke TPS 18 yang merupakan TPS terjauh di Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Selasa (16/4 /2019). | Sumber Foto: Istimewa
Bripka Diding dan Serda Endang tidak sendiri, mereka mengawal distribusi logistik Pemilu 2019 bersama petugas KPPS Desa Bojongjengkol. Di perjalanan, mereka harus melewati sebuah jembatan gantung yang sudah reyot sepanjang 80 meter dan lebar satu meter untuk sampai di Kampung Muara Cibojong, salah satu lokasi TPS terjauh di Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten SUkabumi.
"Kami harus melewati jembatan ini karena tidak ada akses lain. Kami melintas dengan sangat hati-hati agar tidak ada guncangan keras. Karena ini sangat berbahaya, dan bisa terjatuh," jelas petugas KPPS Kampung Muara Cibojong Desa Bojongjengkol, Suhendi.
BACA JUGA: Pakai Perahu, Distribusi Logistik Pemilu 2019 Untuk Dua TPS di Cibitung Sukabumi
Ia juga mengaku sempat khawatir, kondisi jembatan yang seharusnya tidak dibisa dilintasi, akan membuat logistik pemilu yang dibawanya rusak.
"Demi suksesnya pemilu, kami mau tak mau melewati jembatan dengan perasaan was-was. Tak terbayang masyarakat sekitar yang setiap hari menggunakan jembatan ini, setiap hari bertaruh nyawa," pungkasnya.