SUKABUMIUPDATE.com - Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi didampingi Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami mengikuti apel siaga tim pendamping keluarga bergerak tingkat nasional secara virtual, Kamis (12/5/2022). Kegiatan tersebut terkait dengan upaya menurunkan angka stunting.
Dilansir dari website resmi pemerintah Kota Sukabumi, apel siaga tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Kepala BKKBN pusat, Gubernur Jawa Barat serta 514 kota dan kabupaten se-Indonesia hadir secara virtual.
Fahmi mengatakan, apel siaga ini digagas untuk menumbuhkan semangat para pendamping keluarga dalam melakukan pendampingan kepada para calon keluarga dan calon pengantin untuk Ikhtiar mewujudkan zero stunting di Indonesia. Selain itu juga sebagai momentum kick off verifikasi dan validasi data keluarga yang beresiko stunting berdasarkan hasil dari pendataan tahun 2021.
"Apel siaga pendamping keluarga ini sebagai bentuk dukungan serius dalam upaya percepatan penurunan stunting seperti yang ditargetkan," ujar Fahmi.
Menurut Fahmi, pendamping keluarga ini terdiri dari bidan, kader TP PKK, dan kader KB yang berikrar dengan semangat mengedepankan kepentingan masyarakat dalam melayani masyarakat. Terutama mendampingi calon pengantin dan melakukan pemeriksaan kesehatan tiga bulan pra nikah, tujuannya memastikan calon pengantin sehat lahir dan batin.
Selain itu mendampingi ibu hamil untuk memastikan mendapatkan pemeriksaan kesehatan termasuk asupan gizi dan bersalin di fasilitas kesehatan.
Saat ini Kota Sukabumi menjadi salah satu daerah di Jabar yang sesuai dengan ketetapan batas maksimal WHO yaitu di bawah 20 persen yakni 19,1 persen. Fahmi, berharap pada 2024 mendatang ditargetkan persentase stunting turun menjadi 14 persen dan tersisa dua tahun lagi. Sehingga Kota Sukabumi ditetapkan oleh Jabar ada lokus baru untuk 10 kelurahan dalam rangka percepatan penanganan stunting.
Fahmi mengungkapkan, bonus demografi meningkat secara nasional mengandung dua makna yakni menjadi berkah dan bisa menjadi musibah. Menyikapi bonus demografi butuh keselarasan dan kerja yang luar biasa.