SUKABUMIUPDATE.com - Sudah bertahun-tahun, Yuyu (41 tahun) dan suaminya Dadang (47 tahun), tak bisa tertidur nyenyak. Warga Kampung Cisaar RT 01/01, Desa Cijambe, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, ini dihantui perasaan waswas lantaran pergerakan tanah yang terus terjadi di wilayah mereka.
Puncaknya, pada Kamis, 10 Maret 2022, sekira pukul 22.00 WIB, pergerakan tanah membuat rumah pasangan suami istri tersebut retak. Tak hanya itu, ada empat rumah lain yang mengalami hal serupa. Namun Yuyu menyebut, rumahnya yang dihuni bersama suami dan satu anaknya, mengalami dampak paling parah.
"Setiap tahun bergeser sedikit demi sedikit," kata Yuyu kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (12/3/2022). Pada Kamis lalu, Yuyu menyebut retakan terjadi selebar kurang lebih 15 sentimeter pada tembok dan lantai rumah.
Pergerakan tanah yang sudah terjadi selama bertahun-tahun dan tak bisa diprediksi, membuat Yuyu dan keluarganya cemas saat istirahat atau tidur di malam hari. Apalagi, terjadi gempa seperti pada Sabtu ini. "Saya langsung disuruh (oleh suami) pindah dulu ke rumah ibu di depan. Takut terjadi apa-apa," ungkap Yuyu.
Dari pengakuan Yuyu, meski setiap tahun selalu ada aparat pemerintah yang meninjau dan melaporkan kondisi yang dialaminya, termasuk empat rumah lain yang secara perlahan terancam longsor akibat retakan di sisi sungai Citarik, belum ada bantuan yang diterima warga. "Sejak dulu tidak pernah mendapat bantuan."
"Kalau sudah roboh, baru mungkin dibantu oleh pemerintah. Kalau sedang kesal, kadang bicara begitu," kata Yuyu. "Rencananya, kalau mendapat bantuan, bagian rumah retak itu akan dipisah, dibuat tiang, supaya jika ada kejadian, rumah bagian depan tidak ikut tergusur," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah warga Kampung Cisaar RT 01/01, Desa Cijambe, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, merasakan getaran yang cukup besar saat terjadi pergerakan tanah pada Kamis, 10 Maret 2022, sekira pukul 22.00 WIB. Peristiwa ini terjadi saat hujan lebat mengguyur wilayah tersebut.
REPORTER: CRP 4