SUKABUMIUPDATE.com - Harga kedelai yang terus meroket berdampak pada perajin tahu di Sukabumi. Perajin kelabakan untuk melakukan produksi sebab harga kedelai yang semula sekitar Rp 7.000 per kilogram, kini mencapai Rp 11.000 per kilogram.
Royani, merupakan salah satu pemilik pabrik tahu di Kampung Nagrak Cisaat RT 18/03, Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat, yang terkena imbas kenaikan harga kedelai.
Menurut Royani, kenaikan harga kedelai membuat usahanya semakin terpuruk setelah dihantam pandemi. Maka dari itu, apabila tidak ada solusi dari pemerintah mengenai persoalan naiknya kedelai ini, Royani akan memutuskan untuk stop produksi selama 3 hari.
"Paling jika tidak kebijakan [dari pemerintah] untuk harga kedelai ini, dimungkinkan juga akan diberlakukan stop produksi selama 3 hari, mengingat harga kacang kedelai kian hari terus naik,” ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Selasa (22/2/2022).
Naiknya harga kedelai ini berimbas pada upah 3 orang pekerja di pabrik tahu milik Royani. Sebab ketika kedelai mahal maka ongkos produksi secara otomatis juga meningkat, sedangkan ada banyak kebutuhan lainnya yang juga harus dibeli salah satunya kayu bakar untuk memasak adonan tahu.
“Terkadang gaji pegawai pun kami gilir dengan kebutuhan yang lain, misalnya hari ini kita beli kayu bakar berarti pegawai menerima uang hariannya besok. Jujur saja naiknya harga kedelai berdampak pada penurunan pendapatan pada seluruh pembuat tahu maupun tempe," ujar Royani.
Sama halnya dengan Firman, pemilik pabrik tempe di Desa Nagrak ,Kecamatan Cisaat yang berniat mogok produksi apabila tidak solusi dari pemerintah soal naiknya harga kedelai.
“Adapun mogok produksi kami lakukan karena para perajin tahu dan tempe sudah tidak bisa jualan karena harga bahan baku naik tajam,” pungkas Firman.
Reporter: CRP 1