SUKABUMIUPDATE.com - Merawat senyum di bibir kedua anaknya, kini menjadi prinsip hidup Rosita. Janda berusia 37 tahun ini adalah warga Kampung Parugpug RT 06/02 Desa/Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, yang setiap hari bekerja sebagai buruh pencuci sepeda motor demi memenuhi kebutuhan buah hatinya.
Anak pertamanya, Syilvi Puspitasari (14 tahun) saat ini duduk di bangku sekolah menangah pertama atau SMP. Sementara anak keduanya, M Parhan Kulyubi (4 tahun) terbaring lemas karena mengidap hidrosefalus, penumpukan cairan di rongga otak yang meningkatkan tekanan pada otak, sehingga membuat ukuran kepalanya membesar.
Rosita yang kini tinggal bersama kedua anaknya dan sang ayah yang lanjut usia, sudah empat bulan menjadi buruh pencuci sepeda motor di Kampung Puncak Kalong Desa Curugluhur, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Tak hanya itu, untuk menambah penghasilannya, Rosita juga kerap menjadi tukang ojek dadakan.
"Selain di tempat pencucian sepeda motor, juga sering jadi tukang ojek menggunakan sepeda motor adik," kata dia kepada sukabumiupdate.com, Selasa, 4 Januari 2022.
Setiap hari Rosita rutin menyeberangi jembatan Cikaso sejauh 100 meter menuju tempat kerja. Biasanya, dia akan berangkat kerja setelah anak pertamanya pulang sekolah. Ini dilakukan agar ada yang mengganti menjaga anak bungsunya. "Anak pertama yang SMP menjaga adiknnya selama saya bekerja," ungkap Rosita.
Anak keduanya, M Parhan Kulyubi, sudah mengalami sakit sejak usia lima bulan. Saat usia satu tahun, Rosita menyebut anaknya itu pernah menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Daerah R Syamsudin SH Kota Sukabumi dan melakukan kontrol selama dua kali. "Ketika itu memakai BPJS Kesehatan Kelas III, biaya lainnya dibantuk oleh adik."
Baca Juga :
Diketahui, Rosita telah berpisah dengan suaminya saat anak kedua mereka berusia 14 bulan. Alhasil, sejak itu Rosita menjadi tulang punggung keluarga, termasuk untuk ayahnya yang sudah lanjut usia. Dia harus banting tulang mencari nafkah karena kondisi ekonomi adiknya pun sudah melemah sebab tidak kerja, padahal selama ini sering membantunya.
Penghasilannya sebagai tukang ojek, yang biasanya mengantar tetangga ke Sagaranten, tidak besar dan tak menentu. Sementara pendapatannya sebagai buruh pencuci sepeda motor rata-rata Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu sehari. "Saya ingin kontrol kesehatan anak lagi. Tapi kondisinya serba tidak ada. Apalagi setelah dicek, ada tunggakan BPJS Kesehaan selama dua tahun."
Rosita mengaku belum pernah menerima bantuan pemerintah, baik lewat Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT, Program Keluarga Harapan atau PKH, maupun Bantuan Langsung Tunai atau BLT. "Terkadang saya cemburu, mengapa orang yang mampu selalu mendapat sumbangan, tapi saya dan keluarga tidak mendapatkannya," ungkap dia.
Dikonfirmasi terpisah, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan atau TKSK Pabuaran, Lukman membenarkan Rosita belum mendapat bantuan. Namun Lukman mengatakan pemerintah desa sudah mengajukan Rosita ke Dinas Sosial untuk memperoleh bantuan berupa uang tunai Rp 1 juta. "Sudah diajukan oleh desa dapat bantuan dari dinas sosial."
Lukman juga menyebut pihaknya sudah pernah melakukan penggalangan dana untuk membantu kebutuhan keluarga Rosita selama di RSUD Sekarwangi pada Oktober atau November 2021. Pihak kecamatan pun hingga saat ini masih mengupayakan pengobatan M Parhan Kulyubi lewat alternatif program lain, selain BPJS Kesehatan.
"Ke depannya, kami akan segera berkomunikasi dengan muspika dan pemdes. Bahkan saya pernah mengusulkan ke pemdes agar dimasukkan dulu pada penerima BLT DD, sebelum ada bantuan lain dari pemerintah yang sifatnya reguler," kata Lukman.