SUKABUMIUPDATE.com - Seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun asal Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, mendapat perawatan serius di Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi usai tersambar petir pada Selasa, 28 September 2021 kemarin sore.
Kepala Kepolisian Sektor Kalapanunggal Ajun Komisaris Polisi I Djubaedi membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan saat itu korban dan dua temannya sedang berteduh di sebuah rumah panggung karena hujan deras. "Tiba-tiba petir menyambar tubuhnya hingga tak sadarkan diri," kata Djubaedi, Rabu.
Djubaedi menuturkan sejak Selasa sore hujan deras memang mengguyur wilayah Kalapanunggal. "Korban kemarin langsung dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka bakar cukup serius di beberapa bagian tubuh," ujarnya. Hingga Rabu, 29 September 2021, korban pun masih dirawat.
Menukil penjelasan Guru Besar Institut Teknologi Bandung Reynaldo Zoro, petir terjadi karena adanya lompatan elektron-elektron dari awan bermuatan negatif ke bumi yang bermuatan positif. Karena terletak di daerah khatulistiwa, Indonesia termasuk negara dengan jumlah petir yang banyak.
Guru Besar pada Kelompok Keahlian (KK) Teknik Ketenagalistrikan, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu mengatakan petir terbentuk dari awan Comonolimbous. Di dalam awan tersebut, terdapat partikel bermuatan positif dan negatif. Partikel yang positif tersebut berkumpul di ata, dan negatif berkumpul di bawah.
"Saling bergesekan, sehingga jika energinya cukup maka akan dilepaskan dalam bentuk petir," katanya dikutip dari laman resmi ITB.
Mengenai kejadian orang tersambar petir, kata dia, itu disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap petir. Zoro menjelaskan, petir kerap menyambar struktur bangunan yang lebih tinggi. Sehingga jika ada bangunan pencakar langit atau rumah yang lebih tinggi dari rumah lainnya, perlu dilindungi penangkal petir.
Jika sedang berada di lapangan terbuka, seperti di sawah atau lapang sepak bola, dan muncul tanda-tanda akan terjadi petir, harus segera menghentikan aktivitas dan berlindung. Namun bila tidak sempat, bisa merapatkan kedua kaki dan membungkuk hampir sejajar dengan tanah. Bersandar di pohon pun harus hati-hati karena rambatannya.
"Kalau nyender di pohon tinggi harus ada jarak minimun satu meter. Karena bisa loncat ke arah kita," tambahnya. "Kalau sedang berada di sawah dan berlindung di saung-saung, juga harus diperhatikan karena posisi saung adalah struktur bangunan paling tinggi ketika di sawah, untuk itu perlu penangkal petir yang ditancapkan di sisi saung dengan jarak lebih dari satu meter dari saung."