SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi covid-19 tak hanya merontokan pendapatannya, tapi juga meninggalkan trauma bagi mak Iyom, perempuan berusia 55 tahun pedagang gula merah keliling di Sukabumi, Jawa Barat. Barang dagangannya sempat dirampas sekelompok pria hanya gara-gara ia berkeliling kampung jualan gula merah tidak memakai masker.
Kisahnya sempat viral setelah salah seorang netizen membagikannya di salah satu akun instagram dilengkapi foto Mak Iyom dan narasinya. Sang netizen cukup bersemangat saat menceritakan kisahnya tersebut, bahkan menyebut pelaku perampasan tersebut adalah oknum dari lembaga yang menangani penegakkan aturan.
"Beliau sudah renta pak, kok bisa2nya dg badan kekar bapak tega "memalak" nenek ini dan mengambil dagangannya (fyi, emak ini jualan gula merah) karena ga pake masker dan ga bawa KTP. Padahal kan bapa bisa beri arahan atau bapa kasih masker atau alangkah lebih mulia bapak beli jualannya. Dan parahnya lagi bukan 1 atau 2 ikat aja yg diambil tapi 5 ikat, yg kalo dijual harganya 50rb," tulis netizen tersebut yang kemudian diposting oleh salah satu akun instagram warga Sukabumi.
Kekinian postingan tersebut sudah dihapus. Redaksi sukabumiupdate.com hari ini, Jumat (6/8/2021) berhasil menemui Mak Iyom di Kampung Manggis RT 03/01 Desa Cimanggis Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi.
Masih dengan gula merah batangan di tangannya, lansia ini pun menceritakan kejadian sebenarnya. Menggunakan bahasa sunda, Mak Iyom membenarkan hal tersebut, dagangan dirampas gara-gara tak memakai masker, tapi kejadiannya bukan baru-baru ini.
Menurut Mak Iyom peristiwa itu terjadi sebelum belum puasa Idul Fitri 1442 hijriah tahun 2021. "Iya betul tapi kejadiannya sudah lama itu, seminggu sebelum puasa kemarin. Saat itu saya berjualan dan melintas di Kampung Cibiru Desa Kecamatan Cicantayan," jelasnya Mak Iyom.
Baca Juga :
Saat tiba di pertigaan tiba-tiba ia dihampiri segerombolan pria, kurang lebih 15 orang menggunakan motor. "Mereka menegur saya karena tidak menggunakan masker dan tidak membawa KTP. Lalu gula dagangan saya di ambil 5 bungkus katanya untuk bukti kepada atasan," sambung Mak Iom yang tidak dapat memastikan para pelaku tersebut itu siapa?, ia hanya menegaskan kalau rombongan itu berseragam dan ada yang bawa senjata atau pistol.
Walaupun rugi karena harus kehilangan gula merah dagangannya, Mak Iyom mengaku ikhlas, dan tidak menyurutkan semangatnya untuk mencari rezeki halal. "Rugi tapi saya ikhlaskan saja, sekarang saya masih tetap keliling untuk jualan gula. Tapi saya kadang takut kalau bertemu lagi sama mereka, yang pernah merampas dagangan saya," pungkasnya.
Cerita ini juga dikisahkan Mak Iyom kepada sejumlah petugas dari kecamatan dan desa yang mendatanginya untuk mengklarifikasi hal tersebut. Camat Cicantayan Sendi Apriadi menyayangkan atas kejadian tersebut, termasuk postingan yang viral namun tidak disertai konfirmasi kebenarannya kepada korban.
"Tadi perwakilan Kecamatan dan Pemerintah Desa telah mengunjungi kediaman Mak Iyom itu sebagai bentuk tanggung jawab kita. Ternyata korban tidak tahu itu petugas mana dan dari institusi apa yang merampas gula merah itu. Informasi sedang kita gali, kita saat ini tengah berkoordinasi dengan Forkompimcam untuk menelusuri siapa kelompok yang melakukan itu kepada korban," jelas Camat Cicantayan kepada sukabumiupdate.com.
Dengan kejadian ini, Sendi menyayangkan kisah Mak Iyom viral tanpa ada upaya mengklarifikasi. "Walaupun sekarang postingan sudah dihapus namun narasinya menyebut institusi Satpol PP. Saya berharap akun media sosial dan netizen yang sudah memposting kisah tersebut melakukan klarifikasi."
Ia menegaskan selama ini operasi penegakan disiplin protokol kesehatan selalu dilakukan dengan mengedepankan edukasi dan dilakukan bersama dengan institusi lainnya. "Kita belum tahu siapa kelompok yang merampas barang dagangan mak Iom dengan dalih operasi masker itu," pungkas Sendi.