SUKABUMIUPDATE.com - Hujan yang terus menerus mengguyur saat ini membuat air melimpah, tapi kondisi berbeda justru dirasakan warga Kampung Cisanta, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Warga kampung itu harus antri berjam - jam bahkan hingga malam untuk mendapatkan air dari sebuah sumur bor umum.
Warga sejatinya memiliki sumur di rumahnya. Namun sudah hampir satu bulan hujan tak turun, menyebabkan sumur di Kampung yang dihuni 25 Kepala Keluarga (KK) itu kering.
Baca Juga :
"Ada 1 bulan belum turun hujan, namun sudah dirasakan sulitnya air bersih. Warga harus rela antri di sumur bor umum yang sudah mulai berkurang debit airnya, " kata Agung Arifin (22 tahun) warga Kampung Cisanta RT 14/04, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud kepada sukabumiupdate.com, Senin (7/6/2021).
Agung bersama warga lainnya datang ke sumur bor umum itu setiap pagi, sore hingga malam membawa jerigen untuk wadah air. Di tempat itu mereka mengantri, sampai ada yang membawa makan sambil menunggu giliran mendapat air. "Sambil menunggu giliran mengisi air, warga pun botram dilokasi," kata Agung.
"Sumur bor ini adalah bantuan dari tim rehab hati Surade, warga pun berinisiatif akan membuat lagi sumur bor dan untuk dananya menghabiskan Rp 17 juta, warga sudah mulai iuran dan uang yang terkumpul saat ini sudah Rp 14 juta, sisanya kami masih mencari para dermawan yang baik hati, untuk sumbangsihnya," jelasnya.
Menurut dia, sumur bor yang digunakan saat ini adalah bantuan dari tim rehab hati Surade. Karena hanya ada satu, maka warga berinisiatif akan membuat lagi sumur bor dan untuk dananya menghabiskan Rp 17 juta. "Warga sudah mulai iuran dan uang yang terkumpul saat ini sudah Rp 14 juta, sisanya kami masih mencari para dermawan yang baik hati, untuk sumbangsihnya," jelasnya.
Selain sumur bor ini, ada juga sumber air lainnya yaitu Sungai Cijulang yang jaraknya 1 kilometer dari kampung tersebut dengan akses jalan yang tak mulus. Sehingga untuk ke sungai tersebut, warga menggunakan motor engkreg, sebuah motor yang dimodifikasi untuk kebutuhan mengangkut kayu dan lainnya.
"Menempuh perjalanan 1 kilometer dengan medan yang ekstrim. Warga menuju ke sungai menggunakan motor engkreg supaya bisa membawa jerigen lebih dari 3 buah, dengan isi 35 liter," ungkap Agung.