SUKABUMIUPDATE.com - Acara buka bersama di kantor Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, pada Sabtu, 24 April 2021 berujung ricuh. Terjadi adu mulut, saling dorong, hingga lempar kursi.
Pantauan sukabumiupdate.com di lokasi, saat itu sedang berlangsung acara buka bersama antara unsur pemerintahan desa dengan mengundang para tokoh ulama, BPD, LPM, BUMDes, RW, hingga karang taruna.
Kepala Desa Sukamulya, Dudun Ibrahim menjelaskan, saat itu diundang 100 orang untuk buka puasa bersama. Saat acara berlangsung, ada yang menanyakan tentang pembangunan.
"Ini kan undangan tokoh dulu. Kita tujuannya buka puasa. Tiba-tiba ada yang menanyakan pembangunan. Kata saya nanti aja setelah sesi buka puasa," kata Dudun kepada sukabumiupdate.com.
Baca Juga :
Dudun mengaku sempat menggebrak meja saat salah satu warga yang datang tanpa undangan itu menanyakan tentang solar dan pembangunan. Warga yang mulai panas kemudian terpacing emosi, berteriak, hingga terdengar suara kaca pecah.
"Dia tidak diundang. Dia membicarakan tentang solar, tentang pembangunan. Kan bukan ranahnya di situ. Bukan waktunya tanya jawab di situ. Maka saya bilang ada nanti lagi, ada besok lusa, silahkan kita terbuka di situ. Tapi dia ngotot terus, mantan kades yang dulu itu," ujarnya.
Dudun berharap jika memang ada warga yang ingin menyampaikan aspirasi, bisa disampaikan dengan baik dengan suasana kondusif.
"Harapan saya ingin kondusif. Jangan ada oknum, jangan ada yang menumpangi. Ini negara hukum, tidak bisa seenaknya. Nanti saya akan bicarakan dengan kapolsek, dengan Babinmas, Babinsa," imbuhnya.
Ia juga menyayangkan insiden tersebut terjadi di mana banyak anak-anak yang melihat, juga di hadapan tokoh alim ulama. Ia pun belum mengetahui apa saja yang rusak akibat kericuhan tersebut.
"Ada insiden saya pahami lah, wajar-wajar saja. Mungkin karena ketidaktahuan mereka. Padahal kalau mau duduk sama-sama, kan enak. Itu tadi acara tujuannya buka puasa," pungkas Dudun.
Informasi yang dihimpun, puluhan warga yang datang berasal dari Kampung Ciangsana 1, Ciangsana 2, Cimenteng dan Cijulang. Warga di empat lokasi itu yang memprotes proyek pengiriman solar ke kawasan industri.
Salah satu perwakilan warga yang melakukan protes, Ade Rosidin menyebutkan, kekesalan warga ditenggarai akibat proyek pengiriman solar yang dinilai tak adil.
"Tuntutan kami hanya ingin keadilan. Simpel sebetulnya, kami minta proyek pengiriman soal itu dibagi dua dengan lingkungan kami di sana empat lingkungan. Tapi ternyata sudah dimediasi sama kepala desa. Di desa setuju dibagi dua, tetapi yang warga masyarakat ditiadakan lagi," katanya.
"Tiba-tiba ada kesepakatan lagi. Yang menggiring anaknya kepala desa. Kan ada indikasi di situ, ada tanda tanya. Kok anaknya aja yang bisa usaha di sana? Masyarakat tidak diakomodir. Itu aja sih," kata Ade Rosidin yang diketahui mantan Kepala Desa Sukamulya.
Ade Rosidin berharap pemerintah desa bisa menengahi dan menampung aspirasi warga.
"Ada pekerjaan, tolonglah dibagi. Karena kami juga warga masyarakat ketika ada perusahaan di sini harus menikmati, jangan dampaknya aja," pungkas Ade Rosidin.