SUKABUMIUPDATE.com - Bangunan semi permanen beratapkan asbes dengan dinding bilik dan ada juga berdinding asbes menjadi pemandangan ketika melintas di jalan nasional ruas Cikaso-Tegalbuleud. Memiliki sebutan bedeng, bangunan itu merupakan rumah pekerja perkebunan di Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.
Karena menjadi rumah pekerja perkebunan, bedeng itu semakin banyak terlihat ketika berada di kawasan PT Perkebunan Nusantara atau PTPN VIII Cikaso di Desa Sumberjaya dan Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Rumah untuk pekerja perkebunan tersebut disediakan oleh pihak perusahaan, bagi karyawan yang tidak memiliki rumah dan kebanyakan [rumah pekerja] berada di Desa Sumberjaya," kata mantan pekerja bagian pengolahan karet di PTPN VIII, Engkus Kusnadi (42 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Jumat (19/3/2021).
Menurut dia, bangunan tersebut berdiri semenjak dibuka pada masa kolonial Belanda. Hingga kemudian diambil alih PTPN dan rumah pekerja atau bedeng itu terus bertambah seiring banyaknya yang bekerja. Namun dari jumlah 100 lebih bedeng di Desa Sumberjaya yang tersebar di Kampung Gerendel, Kampung Cibugel dan Kampung Cijaksi, sudah hancur karena sudah tidak ada penghuninya.
Rumah itu tidak lagi dihuni pekerja perkebunan sebab berbagai hal. "Mereka sudah berhenti bekerja dan ada juga yang sudah pensiun, pulang ke tempat asalnya. Karena memang kebanyakan pekerja adalah pendatang," jelasnya.
Engkus mengungkapkan, kalau dulu masih ada pemeliharaan rumah dari perusahaan tapi sekarang untuk perbaikan diserahkan kepada penghuni.
Sementara itu bekas pekerja perkebunan Eti (46 tahun), mengungkapkan pernah menghuni bedeng tersebut. Namun pindah ke bekas bangunan SD Mardi Yuana di Kampung Gerendel RT 18/03 Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud.
Awalnya di bedeng, lalu pindah ke bekas sekolah Mardi Yuana, ukurannya cukup luas sekitar 6 x 8 meter. Saat ini dihuni oleh 6 jiwa, saya, suami, 2 anak dan 2 cucu," tuturnya.
Mengenai bedeng itu, menurut Eti kalau tidak dipelihara pasti rusak. Menurut dia, sekarang untuk perbaikan bedeng diserahkan kepada yang menghuninya.
Suami Eti saat ini masih bekerja sebagai penyadap karet di perkebunan itu. Sedangkan untuk menambah penghasilan, Eti membuka warung kopi dan menjual sayuran pakis. "Buat nambah nambah resiko kebutuhan sehari - hari, saya buka warung dengan membuat saung dari atap ilalang di depan rumah," pungkasnya.