SUKABUMIUPDATE.com - Eko Purtjahjanto dianggap menjadi simbol perlawanan terhadap sifat antikritik pejabat usai ia dimarahi perangkat Desa Cijalingan, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi karena mengunggah jalan rusak ke media sosial Facebook. Bahkan penulis Tere Liye pun ikut mengomentari hal ini.
Penulis bernama asli Darwis tersebut mengungkapkan pendapatnya di akun Fanspage Facebook pada Sabtu, 13 Maret 2021. Ia mengatakan, mental antikritik pejabat di Indonesia sudah ada di tahap yang mengerikan.
Dilengkapi tangkapan layar berita Eko Purtjahjanto yang dimarahi perangkat desa karena mengunggah video jalan rusak, Tere menyebut penyakit antikritik ini telah terjadi dari level atas hingga bawah.
Berikut unggahan lengkapnya:
*Anti kritik
Mental anti-kritik pejabat di negeri ini sudah ditahap mengerikan. Di depan ngocehnya sih: kritik saya. Di belakang, saat kritikan benar2 diluncurkan, mereka ngamuk. Penyakit ini menjangkiti dari level atas sampai bawah.
Lihat contoh berita ini. Ada kades tidak terima jalan rusak diposting di medsos.
Entah apa sih yang ada di kepala pejabat2 ini? Karena ketahuilah, sekali kamu digaji oleh uang negara, maka kamu WAJIB dikritik. Titik.
Lah, saya saja, Tere Liye penulis buku yg tidak laku bukunya, kamu cek medsos, tiap hari ada yang ngomelin, maki, mencaci Tere Liye. Orang2 yg bahkan beli buku sy tdk pernah. Bayar uang ke saya tdk pernah. Dia marah, maki2 Tere Liye.
Apalagi kamu, Dul! Kamu itu digaji dan diberi fasilitas dengan uang negara. Kok bisa kamu korslet sekali tdk mau dikritik. Adalah hak segenap rakyat mau komplain, marah, tdk terima atas layanan publik, fasilitas publik.
Ini malah sebaliknya. Pas pemilihan, kalian sikut2an maksa sekali pengin jadi pejabat, rebutan, bila perlu singkirkan orang lain. Pas pemilihan, kalian minta suara rakyat. Eh pas sudah jadi, rakyat kritik, kamu malah marah2 ke rakyat. Serius, kamu itu waras nggak sih?
Nah, kalau kamu masih waras, baca tulisan ini kamu seharusnya ngamuk. Tapi ngamuklah ke diri sendiri. Kok saya itu begini sih. Kok sy itu anti kritik sekali. Apa jangan2 saya ini munafik? Apa jangan2 sy ini yg jahatnya?
Dan buat netizen, kalian harus tahu, bahkan sudah berisik dikritik saja, tetap kacau balau, apalagi jika kalian diam semua. Itu jalan rusak, ribut orang kritik di medsos, langsung diperbaiki? Belum tentu. Apalagi jika penduduknya diam semua.
Paham?
*Tere Liye
Unggahan penulis novel Negeri Para Bedebah ini hingga Minggu, 14 Maret 2021 sekira pukul 11.00 WIB telah disukai 12 ribu orang, mendapat 819 komentar, dan 1,7 ribu kali dibagikan warganet.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Eko Purtjahjanto, guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri atau SMPN 1 Cicantayan ini menjadi sasaran kemarahan perangkat desa akibat mengunggah jalan rusak di Desa Cijalingan ke media sosial Facebook.
Dalam video berdurasi 4 menit 29 detik yang beredar di media sosial, tampak beberapa orang berkemeja putih dan celana hitam sambil duduk dengan nada tinggi mempertanyakan unggahan Eko ihwal jalan rusak mirip sungai yang sudah kering. Video tersebut diambil di salah satu ruangan di SMPN 1 Cicantayan pada Rabu, 10 Maret 2021.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Kepala Desa Cijalingan Didin Jamaludin membenarkan bahwa di video tersebut merupakan aparatur desanya. Saat itu, Didin mengaku sedang ada pertemuan dengan Camat Cicantayan sehingga ia tidak ada di lokasi.
"Di dalam video itu setidaknya ada BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa), karang taruna, termasuk perangkat desa. Tujuannya ingin mengklarifikasi soal postingan di Facebook Pak Eko. Beliau adalah salah satu guru di SMP Negeri di Cicantayan. Mungkin menurut rekan-rekan perangkat desa, postingan itu tidak etis dan tidak elok untuk di-posting, apalagi oleh seorang guru," kata Didin saat ditemui sukabumiupdate.com, Kamis, 11 Maret 2021 di ruang kerjanya.
Didin menilai, jika ada hal yang ingin disampaikan kepada pemerintah desa, termasuk mengenai jalan rusak, bisa disampaikan langsung ke pihak desa tanpa harus mengunggahnya di media sosial.
"Bisa dengan cara meminta klarifikasi atau tabayyun. Ini kan tidak ada. Saya dinamikanya tidak tahu, karena tidak hadir. Ada pun sempat terjadi perdebatan, saya yakin itu adalah spontanitas, tidak ada unsur niat atau kesengajaan. Yang datang itu ingin mengklarifikasi dan ingin menguatkan bahwa jalan yang dimaksud akan diperbaiki," ucap Didin.
Berujung Islah
Pemerintah Desa Cijalingan kemudian melakukan islah atau berdamai dengan Eko Purtjahjanto. Melalui islah yang dilakukan di Augusta Hotel Cikukulu, Jumat, 12 Maret 2021 dengan dihadiri unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan Cicantayan serta para guru dan jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi ini, kedua pihak menyatakan masalah soal unggahan jalan rusak tersebut selesai dan saling memaafkan.
Didin menyatakan, islah perlu dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah. "Kita mempunyai adab timur yang di mana permasalahan itu harus diselesaikan dengan musyawarah. Yang jelas kami dari pemerintahan sudah menginginkan ada suatu kebaikan," jelas Didin.
Didin mengakui kejadian dalam video itu memang memperlihatkan sisi yang tidak profesional dari aparat Desa Cijalingan. Namun peristiwa itu pun terjadi karena ada pemicunya.
"Boleh saja silakan bebas postingan, tapi lebih baik tabayyun berkomunikasi secara langsung. Karena kan kritik dan saran di media sosial itu akan memunculkan berbagai aspek. Mudah-mudahan hari ini menjadi acuan buat kita bersama bahwa ada hal yang lebih penting daripada media sosial, yaitu silaturahmi atau pun tabayyun seperti yang diajar Nabi kita Muhammad SAW," ungkapnya.
Sementara itu, Eko menyatakan sudah menganggap kejadian ini selesai dengan jalan islah. Ia pun sudah meminta kepada rekan-rekan guru yang lain agar menghargai islah tersebut.
Pria berusia 49 tahun itu mengaku sudah terbiasa mengunggah berbagai hal di media sosial. Dalam setiap unggahan di akun Facebook miliknya, ia tidak berniat memojokkan pihak mana pun.
Eko juga tidak menyangka bahwa jalan rusak yang diunggahnya di Facebook pada Selasa, 9 Maret 2021 itu akan berujung kemarahan perangkat Desa Cijalingan.
Kendati begitu, Eko mengingatkan kepada pemerintah, jika ada masyarakat yang menyampaikan kritik melalui berbagai media maka tanggapi dengan santun.
"Untuk para pejabat atau siapa pun yang mempunyai wewenang di daerahnya kalau ada kritik dan saran mohon tanggapilah dengan bijak," katanya.
Bagaimana Nasib Jalan Rusak Tersebut?
Kepala Desa Cijalingan Didin Jamaludin mengatakan, jalan tersebut menjadi kewenangan pemerintah desa sejak 2018 lalu karena semula jalan itu berstatus kabupaten. Jalan rusak ini merupakan penghubung antara Kampung Cisande dengan Kampung Cijalingan.
Didin menyatakan pihaknya tidak diam saja dengan kondisi jalan tersebut. Sebagai kepala desa, ia juga ingin masyarakat menikmati infrastruktur yang layak. Namun Pandemi Covid-19 membuat rencana perbaikan jalan terhambat.
"Kita akan segera perbaiki pada tahun ini. Keterlambatan disebabkan karena terjadinya refocusing anggaran karena digunakan untuk pembiayaan Covid-19," jelasnya.
Ia menyatakan anggaran pembangunan jalan ini sudah masuk ke dalam Rencana Kerja Pemerintah yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yakni sebesar Rp 150 juta, ditambah anggaran bantuan provinsi senilai Rp 60 juta. Sementara volume jalan rusak ini adalah sepanjang 1.600 meter dan akan diperbaiki pada sekitar Agustus atau September.
Mencari Keadilan untuk Pak Eko
Apa yang dialami Eko ternyata mendapat simpati dari masyarakat luas, tak terkecuali Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI.
Wakil Ketua PGRI Provinsi Jawa Barat, Endang Djakatela menyayangkan kejadian tersebut dan berharap aparat Desa Cijalingan belajar dari pengalaman ini untuk kembali menjadi pengayom masyarakat yang sabar.
Endang mengatakan, dugaan tindak persekusi tidak sepantasnya dilakukan oknum perangkat desa terhadap Eko. Seharusnya aparat desa bersikap mengayomi bukan memarahi guru hanya karena unggahan soal jalan rusak di media sosial.
"Ya saya pikir kalau terlepas salah dan benar, tapi kan tidak selayaknya guru memperoleh sikap seperti itu. Kan guru dan aparat desa sama-sama orang yang mengabdi kepada negara," ujarnya via telepon, Jumat, 12 Maret 2021.
"Kalau pun ada sesuatu yang memang tidak dipahami oleh aparat desa, kenapa harus begitu, ini sangat disesalkan oleh kami di PGRI, kenapa harus seperti itu," sambungnya.
Respon kecaman terhadap tindakan dugaan persekusi yang dialami Eko juga diperlihatkan oleh rekan sejawatnya sesama guru saat hadir dalam forum islah pada Jumat.
Dalam forum tersebut, seorang guru perempuan bahkan dengan lantang menyatakan sikap oknum perangkat desa terhadap Eko telah menyakiti perasaan semua guru. Tidak hanya di Sukabumi, namun juga di Indonesia bahkan dunia.
N. Emalia, guru di SMPN 1 Cicantayan dengan berani menginterupsi pertemuan itu.
"Saya merasa ikut dimarahi, seluruh guru di Cicantayan juga merasa ikut dimarahi oleh oknum aparat desa tersebut. Saya juga akan melakukan hal yang sama dengan Pak Eko, mem-posting jalan rusak di Cijalingan. Jalan itu jelek sekali," beber Emalia dalam forum islah.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Yudha Sukmagara juga mengaku cukup menyayangkan perilaku seorang aparatur desa yang bersikap arogan terhadap Eko Purtjahjanto gara-gara status Facebook.
Ia pun meminta pemerintah tidak antikritik. Yudha menilai apa yang dilakukan Eko hanyalah upaya memberi informasi bahwa terdapat jalan rusak.
Yudha mengatakan akan menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan Pemerintah Desa Cijalingan, Kecamatan Cicantayan, hingga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta Inspektorat untuk mengetahui masalah tersebut secara lebih utuh. Rapat ini akan digelar di Pendopo Sukabumi, Senin, 15 Maret 2021. Saksikan siaran langsungnya di akun media sosial sukabumiupdate.com.