SUKABUMIUPDATE.com - Cerita pilu dialami satu keluarga di Kampung Cibayondah, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Selain tidak memiliki rumah pribadi, Ohim (65 tahun) dan istrinya Isoh (60 tahun) tidak mampu menyekolahkan anaknya.
Saat ini, keluarga tersebut menghuni sebuah rumah milik seorang tokoh masyarakat. Setelah hidup berpindah-pindah dan tinggal menumpang, warga yang merasakan prihatin dengan kondisi keluarga Ohim akhirnya berinisiatif membangunkan rumah dari hasil sumbang.
Baca Juga :
Agus Sudrajat warga Desa Kertaangsana menceritakan bagaimana keluarga tersebut berpindah pindah dari satu kampung ke kampung lainnya. "Pak Ohim berasal dari daerah Garut, menikah dengan bu Isoh warga Sukamaju, Kecamatan Nyalindung. Sebelumnya mereka juga sudah pernah menikah dan dikarunia anak. Dari pernikahan yang sekarang, mereka dikaruniai 3 orang anak laki -laki," kata Agus kepada sukabumiupdate.com, Minggu (21/2/2021).
Sebelum menguni rumah tokoh masyarakat di Kampung Cibayondah, kata Agus, mereka tinggal di rumah keluarga istrinya di Kampung Cirawa Kertaangsana kemudian pindah ke rumah anak Ohim dari pernikahannya yang pertama di Kertaangsana.
Lantaran Ohim kerja di perkebunan, maka dia mengajak anak serta istrinya tinggal di mess perkebunan PT Pasir Salam Nyalindung selama 3 tahun. "Namun karena pak Ohim sakit lumpuh, akhirnya dikeluarkan dari pekerjaannya, dan tidak menetap lagi di mess," beber Agus.
Setelah keluar dari mess perkebunan, kata Agus, pindah ke Pasir Salam menempati rumah warga dan pindah lagi ke Kampung Cibayondah. Melihat kondisi keluarga sangat memprihatinkan, maka salah satu tokoh masyarakat di Kampung Cibayondah Abah Barnas, mempersilahkan ohim dan keluarganya menghuni rumahnya untuk sementara.
"Selama hampir 5 bulan pasangan suami istri, dan 3 anaknya menetap di rumah salah satu tokoh masyarakat. Adapun untuk memenuhi kebutuhannya terpaksa bu Isoh bekerja serabutan," ungkapnya.
Tiga anak Ohim dan Isoh yang berusia pelajar ini bernasib kurang baik. Karena kemiskinan dan ketidakberdayaan ekonomi keluarga, Dadan, anak pertama putus sekolah ketika kelas 3 SD. Kemudian, Ahmad Dani masih tercatat sebagai siswa di SD Negeri Pasir Salam kelas V namun belajar onlinenya terkendala akibat tidak mempunyai handphone. Lalu anak paling bungsu, Sabil usia 6 tahun masih belum ada kejelasan dimasukan sekolah atau tidak sebab melihat kondisi ekonomi.
Selama hidup di Kampung Cibayondah, para warga merasa tergugah dan berencana membangunkan rumah untuk pak Ohim. Akhirnya setelah musyawarah yang diprakarsai oleh Bambang dan tokoh masyarakat lainnya serta adanya bantuan dari donatur, pembangunan pun dimulai.
"Alhamdulillah rencana mendirikan rumah pun dapat terwujud rumah sederhana ukuran 5 x 6 meter. Rumah dibangun dari hasil pemberian atau sumbangan para donatur. Sumbangan itu dibelikan lahan seluas 80 meter persegi, material bangunan, adapun pengerjaan dilaksanakan secara gotong royong oleh masyarakat," tegasnya.
"Kepada seluruh warga, para donatur, serta ormas, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungan sehingga pembangunan rumah pak Ohim dapat terlaksana. Kami juga akan segera berusaha memberikan bantuan untuk keberlangsungan pendidikan anak-anak pak Ohim, " tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kertaangsana Ence Ruswandi mengatakan Pemerintah Desa akan berkontribusi untuk membantu keluarga Ohim terutama soal pendidikannya. "Pihak desa juga memberikan kontribusi terkait anaknya yang belum sekolah, Insya Allah kami sedang berupaya," pungkasnya.
Ingat Pesan Ibu: Wajib 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas serta aktivitas di luar rumah). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.