SUKABUMIUPDATE.com – Pertempuran sengit antara pejuang Indonesia dan tentara sekutu (Inggris) di Surabaya pada 10 November 1945 yang sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, menjadi pemicu peristiwa heroik lainnya di Indonesia. Salah satunya pertempuran sengit pejuang di Sukabumi menyergap konvoi tentara Inggris dan NICA di kawasan Bojongkokosan, Parungkuda Kabupaten sukabumi pada 9 Desember 1945.
Dalam sejumlah listerasi sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pertempuran di Bojongkokosan ini menjadi cikap bakal perlawanan massa rakyat yang kemudian memunculkan peristiwa heroik lainnya yaitu Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946.
Pertempuran Bojongkokosan atau perang konvoi ini terjadi dalam dua periode, pertama tanggal 9 sampai 12 Desember 1945, periode kedua terjadi dari tanggal 10 sampai 14 Maret 1946. Berawal dari berita yang diterima prajurit TKR Sukabumi di Pos Cigombong (Bogor) tentang kedatangan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA yang berusaha memasuki wilayah Sukabumi.
Pimpinan KOMPI III TKR saat itu, Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera menghadang dan menduduki tempat pertahanan di pinggir tebing utara dan selatan jalan di Bojongkokosan. Penghadangan yang dilakukan oleh rakyat Sukabumi dan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR ini menyebabkan terjadinya pertempuran sengit yang dikenal dengan nama Pertempuran Bojongkokosan
Barisan pejuang yang terlibat dalam peristiwa Bojong Kokosan diperkuat oleh senjata rampasan dari tentara Jepang. Selain pasukan TKR, penghadangan terhadap sekutu juga dilakukan oleh Laskar Rakyat Sukabumi seperti Barisan Banteng, Hizbullah dan Pesindo.
Penghadangan ini terjadi sepanjang 81 kilometer, dimulai dari daerah Cigombong, Bogor sampai dengan Ciranjang, Cianjur. Pasukan sekutu diperkuat dengan puluhan tank, panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha, berhasil masuk ke garis pertahanan TKR.
BACA JUGA: Pertempuran Bojongkokosan Sukabumi, 5 Peristiwa Luar Biasa Dibalik Hari Pahlawan Nasional
Saat mendekati tebing Bojong kokosan, pasukan TKR segera melepaskan tembakan dan melakukan serangan. Pasukan tentara sekutu yang bersenjatakan peralatan perang modern segera membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja, mortir, dan senapan mesin.
Namun tentara TKR berhasil meloloskan diri dari serangan sekutu setelah terjadinya hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan Bojong Kokosan. Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojongkokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung.
Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpar, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur. Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung dibuat gentar oleh terjadinya penyerangan di Bojong Kokosan.
Akhirnya, Komandan sekutu mengajak pemimpin TKR dan pemerintah setempat untuk berunding.Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel Edi Sukardi, akhirnya usulan gencatan senjata disetujui.
Gencatan senjata yang dirundingkan oleh komandan tentara sekutu ternyata hanya berlangsung sehari. Pada tanggal 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak, yang tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton.
Serangan pesawat-pesawat tempur yang dilakukan tentara sekutu terhadap tentara TKR di Bojong Kokosan bahkan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II. Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tentaranya tewas di tangan pasukan TKR.
BACA JUGA: Mengulik Sejarah Penting di Balik Perang Bojongkokosan Sukabumi
Pertempuran Bojongkokosan mencatat 73 pejuang meninggal dunia, sebagian nama pejuang yang gugur dalam Pertempuran Bojong Kokosan tercatat di tugu Palagan Bojong Kokosan. Ada 28 nama yang terpatri ditugu Bojongkokosan, 23 TKR, 3 laskas Hizbullah dan dua nama tidak dikenal.
“Dari deretan nama itu ada Aping Tolip. Prajurit TKR ini duluan menyergap pasukan sekutu ditanjakan manjenet Cicurug sebelum pertempuran Bojongkokosan pecah,” jelas pemerhati sejarah Sukabumi, Irman “Sufi” Firmansyah” kepada sukabumiupdate.com, Selasa (10/11/2020).
“Durasi pertempuran periode pertama Bojongkokosan itu berlangsung dari 9 hingga 12 Desember. Aping ini yang duluan menyergap pasukan sekutu di kawasan Benda Cicurug, dan akhirnya gugur,” sambung Irman.
28 nama pejuang Indonesia yang gugur dalam pertempuran Bojongkokosan di monumen palagan
Tidak hanya gugur, peristiwa Bojong Kokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil. Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan. Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parung Kuda, dan Cibadak hingga hancur dan rata dengan tanah.
Pertempuran Bojong Kokosan telah mengakibatkan banyak korban jiwa baik dari pihak sekutu, maupun pihak TKR. Di pihak sekutu tercatat 50 orang meninggal dunia, 100 orang luka berat, dan 30 pasukan menyerah.
Pertempuran ini membawa efek yang besar terhadap keikutsertaan tentara Sekutu di Indonesia dimata publik. Di Inggris sendiri dibahas dalam kongres parlemen di mana mayoritas publik dan parlemen menolak Inggris terlibat lebih lanjut dalam pertempuran Indonesia dengan Belanda dan menghormati keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka seperti yang terjadi dalam persitiwa 10 November 1945 di Surabaya 1 bulan sebelumnya.
BACA JUGA: Memoar Sejarah Palagan, Bendera Merah Putih Raksasa Terbentang di Parungkuda Sukabumi
Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempersingkat kehadiran tentara Inggris di Indonesia. Dalam rangka mengenang pertempuran bojong kokosan, pemerintah membangun situs museum dan monumen Bojong Kokosan sebagai tanda pengharagaan kepada para pejuang yang telah bertempur melawan sekutu pada Pertempuran Bojong Kokosan.
Pembangunan palagan perjuangan 1945 di Bojong Kokosan ini dilakukan secara swa-kelola oleh pemerintah daerah Jawa Barat. Museum ini diresmikan pada 13 November 1992 oleh R. Moh. Yogie Suardi Memet, Gubernur Jawa Barat yang menjabat pada tahun 1985 hingga 1993.
Koleksi utama museum ini adalah diorama, puing pesawat RAF, senjata laras panjang Lee Enfield, senjata laras pendek VOC, helmet pasukan sekutu dan TKR, serta pedang dan golok pasukan kelaskaran rakyat.
Ingat pesan ibu: Wajib 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.