SUKABUMIUPDATE.com - Nakhoda perahu atau Kapal Motor PTR 03 asal Ujung Genteng Sukabumi, Elang Setiawan (35 tahun) bersama dua orang ABK, yakni Hendra (35 tahun) dan Budi (40 tahun) hilang kontak sejak turun melaut pada Senin, 17 Agustus 2020 lalu.
Sejak itu pula keberadaan mereka dicari. Akhirnya setelah 15 hari, tepatnya Selasa, 1 September 2020 lalu, keberadaan Elang dan kawan-kawan berhasil ditemukan di perairan Bengkulu. Ketiganya dalam kondisi selamat, namun terlihat lemas.
BACA JUGA: Perahu PTR Ujung Genteng Sukabumi Ditemukan di Perairan Bengkulu, 15 Hari Hilang
Diwawancarai sukabumiupdate.com melalui sambungan telepon, Elang Setiawan menceritakan bagaimana ia dan dua orang kru kapalnya berhasil bertahan 15 hari saat terombang-ambing lautan, meski dengan persediaan makanan dan air minum yang sudah habis sejak hari pertama.
"Awalnya itu ada gangguan pada starter dinamo, sehingga kapal mogok di tengah perairan Ujung Genteng. Dalam posisi mogok itu, kapal tertiup angin dan terbawa arus sampai ke tengah laut, sampai akhirnya tidak kelihatan daratan," kata Elang pria asal Kampung Karangmalang RT 01/01 Desa Muara, Kecamatan Lebak, Banten tersebut.
Pada hari pertama, lanjut Elang, perbekalan sudah habis karena ia dan krunya hanya membawa bekal untuk satu hari saja. Yang tersisa tinggal air minum saja. Berhari-hari terombang-ambing di laut lepas, Elang, Hendra dan Budi hanya bisa minum air.
BACA JUGA: 12 Hari Hilang, Perahu PTR Ujung Genteng Sukabumi Terdeteksi di Perairan Lampung
Tak berhenti sampai di situ. Persoalan berlanjut saat persediaan air minum juga ikut habis. Elang mengaku pernah dua hari dua malam hanya bisa minum air asin (air laut), hingga air radiator. Namun dahaganya sempat terobati tatkala hujan turun, lalu ia dan krunya langsung menampung air hujan tersebut lalu dimasak.
"Selama di tengah laut, handphone semuanya dalam kondisi habis batre. Tapi dihidupkan juga percuma karena tidak ada sinyal. Selama di tengah laut kami tidak tahu posisi ada dimana. Saat kami terombang-ambing ada juga perahu dan kapal yang lewat, tapi tidak ada yang menghampiri. Entah tidak tahu kalau kami sedang terombang-ambing atau gimana. Padahal sudah dikasih tanda minta pertolongan," kata Elang lagi.
Elang Setiawan (35 tahun) nelayan yang sempat terombang-ambing 15 hari di lautan saat melaut dari Ujung Genteng, Sukabumi dan ditemukan di perairan Bengkulu. | Istimewa
Selain air minum yang membuat Elang dan ABK-nya bertahan hidup, juga ada sedikit sisa-sisa makanan berupa ikan asin. Meski sebenarnya sisa makanan itu sama sekali tak meredam perut mereka yang keroncongan parah. "Selama 15 hari kami hanya minum air saja, tidak makan nasi dan makanan yang lainnya," katanya lagi.
Pada hari ke-13, sambung Elang, barulah ia bisa berkomunikasi menggunakan handphone yang sudah ia isi baterai menggunakan accu/aki, serta sinyal provider seluler yang bisa ia jangkau. Sesaat tersadar bahwa ternyata Elang, Hendra dan Budi sudah ada di perairan Bengkulu.
"Saat itu posisi sudah ada di perairan Bengkulu sudah, lewat Lampung. Kami mengabarkan ke pemilik kapal di Ujung Genteng. Kami juga sudah memberikan semacam nomor-nomor kode, namun tim SAR tidak ada yang datang juga sampai hari ke-15," bebernya.
BACA JUGA: Sepekan Hilang, Perahu PTR Ujung Genteng Sukabumi Belum Ditemukan
Elang melanjutkan, pada hari ke-16 barulah ada yang datang menolong menghidupkan mesin kapal dengan cara diderek. Saat itu, kata Elang, dari jarak tiga mil terlihat kapal diesel penangkap ikan milik warga Bengkulu. Ia pun langsung berteriak minta tolong.
"Setelah mesin hidup, langsung kami cabut jangkar dan mencari daratan mengandalkan feeling saja. Akhirnya kami masuk ke Palabuhan Baai, terus kami langsung bersandar di kapal TNI dan laporan. Waktu itu, jarak dari tengah laut ke daratan sekitar 35 mil," ungkapnya.
"Kondisi kami bertiga alhamdulilah sehat, cuma perut saja yang terasa. Untuk sementara kami pulang dulu ke rumah masing masing. Sedangkan KM PTR berangkat menuju Ujung Genteng pada malam hari melalui Selat Sunda dengan satu nakhoda, dua montir dan satu pengurus," pungkasnya.