SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menunjukkan fakta terkait “bangunnya” Sesar Citarik yang diduga menjadi pemicu gempa-gempa kecil di wilayah Palabuhanratu, Cisolok, Cikakak di Kabupaten Sukabumi selama beberapa hari terakhir. Mengejutkan, BMKG mencatat, 10 hari terakhir (10 hingga 20 Agustus 2019) terjadi 31 gempa dengan magnitudo di bawah 5 yang berpusat di Barat daya Sukabumi, dengan titik lokasi sekitar bagian atas Palabuhanratu atau Cisolok berbatasan dengan Provinsi Banten di bawah Gunung Salak.
"BMKG mencatat dari tanggal 10 sampai 20 Agustus ada puluhan rangkaian gempa yang berpusat di lokasi tersebut, magnitudo paling paling besar 3,5. Termasuk kategori swarm yaitu gempa dengan frekuensi sangat tinggi dalam waktu lama, kekuatan relatif kecil, dangkal dan tidak ada mainshock atau gempa utama," jelas Staf Observatori Bandung, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Palabuhanratu, Rafdi Ahadi, Selasa (20/8/2019).
BACA JUGA: Sesar Citarik Bangun? Tiga Gempa Berturut-turut di Atas Palabuhanratu
Rafdi kemudian mengirimkan daftar jumlah gempa swarm yang terjadi dari rentang waktu tersebut, yaitu lebih dari 30 kali gempa yang berpusat di jalur Sesar Citarik. Dimulai tanggal 10 Agustus 2019 sekitar pukul 10:32:18 WIB di 6.74 LS 106.54 BT kedalaman 8,16 kilometer berkekuatan 2,6 magnitudo.
Gempa dengan posisi yang tidak jauh kekuatan yang juga masih di bawah 4 magnitudo dan kedalaman di bawah 10 km terus terjadi tiap harinya, tanggal 11,12,13, dan 14, 17 Agustus 2019. BMKG mencatat gempa tidak terjadi pada tanggal 15,16 dan 18 Agustus 2019, dan rangkaian dari gempa swarm dari tanggal 19 hingga 20 Agustus 2019.
BACA JUGA: Mengenal Sesar Citarik dari Palabuhanratu, Sumber Gempa Lainnya di Selatan Sukabumi
"Hari ini hingga siang sudah tercatat 5 kali rangkaian gempa masih di zona Sesar Citarik,” kata Rafdi.
Sesar Citarik menurut Rafdi berarah utara timur laut - selatan barat daya memotong Jawa - Barat melalui Pelabuhanratu, Bogor, Bekasi. Aktivitas sesar ini paling tidak sejak tektonik Miosen Tengah dan sampai sekarang masih aktif.
Pada periode tektonik Miosen Tengah, sesar ini sebagai sesar trantensional, namun sejak Plio-Plistosen sampai Resen sesar ini berkembang sebagai sesar mendatar mengiri. Sesar Citarik yang aktif ini dapat menimbulkan gempa bumi, sehingga sesar ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di Jabotabek dan Pelabuhanratu (Ibu kota Kabupaten Sukabumi dan daerah wisata).
"Sesar citarik ini masih harus dipelajari lebih dalam lagi kang,” pungas Rafdi.