SUKABUMIUPDATE.com - Sudah lebih dari dua pekan, salah satu tongkang batubara yang karam di perairan Pantai Cipatuguran, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi hingga kini belum dievakuasi. Tumpahan batubara juga masih berceceran di Pantai Cipatuguran.
Ceceran batu bara di Pantai Cipatuguran itu membuat warga dan nelayan sekitar khawatir terkena imbas lebih parah, untuk itu mereka berinisiatif mengumpulkan batubara tersebut.
BACA JUGA: Tongkang Batubara Karam Kotori Pantai Cipatuguran, PLTU Palabuhanratu Beri Jawaban
"Dalam dua hari ini warga ada yang dapat 50 karung bahkan sampai 100 karung berukuran 25 kilogram. Mengambil dan mengumpulkan batubara tidak hanya di pinggir pantai, ada yang di laut juga," ujar Ade Rohanah, salah seorang warga Cipatuguran saat diwawancarai, Jumat (17/5/2019).
Warga khawatir limbah batubara itu jadi sumber penyakit. Bahkan ada sebagian warga mengaku pernah merasakan gatal-gatal setelah mandi di pinggir pantai.
BACA JUGA: Berulang Kali Tongkang Karam, Begini Reaksi Nelayan Pantai Cipatuguran Palabuhanratu
"Ya disini terserang gatal-gatal setelah terkena air laut saat mengumpulkan batubara yang tumpah di tepi pantai. Tapi kalau mandi menggunakan air bersih, rasa gatal-gatal itu hilang kembali,” pungkasnya.
Sementara itu, Hendrik (35 tahun) salah seorang pemuda Karang Taruna Cipatuguran menyebut, batubara yang sudah dikumpulkan akan dikembalikan ke agen batubara, serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Dampak Tongkang Karam di Palabuhanratu, DLH Uji Sampel Air Sumur
"Intinya sama-sama saja bersihkan lah. Tindak lanjutnya itu nanti orang-orang pintar aja yang ngurus. Kami tidak menuntut apa-apa, yang penting ada bentuk tanggung jawab ke warga, yang bisa dikelola dan dimanfaatkan. Biar mereka berpikir apa yang pantas buat warga. Nanti kalau kita minta ini itu disangka pemerasan," ujarnya.
Hendrik berharap, peristiwa ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama pihak perusahaan atau PLTU agar bisa membantu masyarakat Cipatuguran. Ia membandingkan dengan Cilegon dan Serang dimana masyarakat bisa nyaman sekali dekat dengan PLTU di sana.
BACA JUGA: Penampakan Batubara Kotori Pantai Cipatuguran Palabuhanratu, Dampak Tongkang Karam
"Kami sudah tidak bisa menghindar dengan udara yang sudah terkontaminasi ini, tapi paling tidak ada kerjasama dengan pihak perusahaan. Debu tetap kami hisap, tapi ada manfaat juga kami nikmati. Jadi intinya biarlah kami mati perlahan karena itu memang sudah risiko sebagai rakyat yang sudah tidak bisa dielakan lagi. Untuk menghentikan perushaan itu? Siapa kami? Kami hanya masyarakat biasa," sindirnya.