SUKABUMIUPDATE.com - Ade Jaenudin (48 tahun), seorang guru ngaji asal Kampung Babakansirna RT 4/4, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, hidup penuh prihatin. Sudah setahun, Ia dan keluarganya tinggal di gubuk reyot berukuran 2x5 meter.
Bangunan yang berdiri di lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PT Tenjojaya itu terbuat dari dinding bilik bambu dan atapnya menggunakan jerami dihuni oleh tiga orang yakni Ade, istri dan anaknya. Rumahnya tidak layak huni, jika hujan turun atapnya bocor.
"Saya tinggal di sini baru satu tahun karena tidak memiliki rumah akhirnya terpaksa mendirikan bangunan disini," ujar Ade Jaenudin kepada sukabumiupdate.com, Rabu (5/9/2018).
Selain jadi guru ngaji, Ade sehari-harinya memulung rongsokan untuk bisa menyambung hidup. Terkadang juga jadi kuli serabutan.
Hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ia pun bertekad ingin memiliki rumah yang layak, namun apa daya untuk makan sehari-hari pun terkadang tak tercukupi.
"Saya sehari-hari selain berkebun juga mencari rongsokan untuk menambah penghasilan. Selain itu sore hari saya mengajar ngaji di kampung yang jaraknya sekitar 400 meter dari rumah," ungkapnya.
Apabila masuk musim penghujan dirinya khawatir gubuk miliknya ini ambruk. Kondisi bangunannya sudah lapuk.
Dirinya berharap pemerintah bisa membantu membangun rumah agar lebih layak ditempati.
"Saya harap ada bantuan dari pemerintah terkait untuk bisa membangunkan rumah yang layak. Karena, penghasilan dari berkebun dan mencari rongsokan hanya cukup untuk keperluan sehari-hari," lirihnya.
Terpisah Camat Cibadak, Heri Sukarno menjelaskan, pihaknya akan menyikapi persoalan tersebut dengan segera membangunkan rumah yang layak. Saat ini sejumlah material seperti pasir, batu dan yang lainnya sudah dipesan untuk pembangunan rumah.
BACA JUGA: Datangi Lansia di RTLH, Camat Cikakak Kabupaten Sukabumi: Ada yang Lebih Memprihatinkan
"Kami sudah mempersiapkan sejumlah material untuk pembangunan rumah semi permanen. Sementara, anggarannya hasil dari bantuan desa, kecamatan dan pihak ke tiga," jelasnya.
Heri menjelaskan, jumlah Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) di Kecamatan Cibadak, bukan hanya satu atau pun dua rumah saja. Akan tetapi, jumlahnya mencapai ribuan.
"Rutilahu di Kecamatan Cibadak memang mencapai ribuan rumah. Kami selalu berupaya mendorong, namun kemampuan dari Pemerintah Daerah selama satu tahun hanya satu Rutilahu," tukasnya.