SUKABUMIUPDATE.com - Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) nampaknya masih menjadi persoalan di Kabupaten Sukabumi. Sebuah keluarga di Kampung Panenjoan RT 03/07, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, sudah 19 tahun menghuni sebuah rumah yang reyot kemudian berdinding bilik bambu dengan lubang di sana-sini.
Rumah dihuni Didih Suhendar (46 tahun) bersama istrinya Herlina Rahmani (39 tahun) dengan empat orang anaknya, Ibnu Candar (19 tahun), Reza Pramudya (14 tahun), Alfia Damayanti (8 tahun) dan Sayid Munazat (6 tahun). Di rumah yang berukuran 6X3 meter persegi ini penghuninya harus berbagi ruangan.
Keluarga ini terpaksa tinggal dengan keadaan tersebut karena tidak mampu untuk membangun rumah yang layak.
Herlina mengungkapkan, suaminya Dedih Suhendar tidak punya pekerjaan tetap dan kini sedang mengadu nasib mencari pekerjaan bersama anak pertamanya Ibnu Candar. Jangankan untuk membangun rumah, makan sehari-hari pun kesulitan.
"Kami pun ingin seperti orang lain punya rumah yang layak, habis gimana lagi boro-boro buat bangun rumah buat maka sehari hari saja agak repot," lirih Herlina.
Saat hujan turun, Herlina dan anak-anaknya tidak akan nyaman tinggal di dalam rumah karena air menetes masuk melalui lubang di atap.
"Yah kalau musim hujan pada bocor suka ditatakin pakai baskom supaya airnya gak kemana-mana," ujarnya.
BACA JUGA: Butuh Bantuan, Rumah Mak Ikah di Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi Ambruk
Apabila malam datang, udara dingin yang masuk dari celah-celah dinding bilik menusuk kulit Herlina dan anak-anaknya.
Penghuni rumah juga kerap dihantui kecemasan, rumah ambruk secara tiba-tiba.
Pengajuan perbaikan rumah sudah dilakukan kepada pemerintah setempat, namun hingga kini tak pernah ada tindak lanjut. Rumah hanya sekedar di foto saja oleh perangkat desa.
BACA JUGA: Tarif Naik, Kebocoran Air PDAM Kota Sukabumi Masih Tinggi
Para tetangga setiap hari mengkhawatirkan kondisi penghuni rumah reyot tersebut. Apalagi Herlina yang kini sedang hamil tua. Namun, tak ada yang bisa dilakukan oleh para tetangga yang sebagai besar bekerja sebagai buruh bangunan dan buruh tani saja.
"Kasian banget, kami ngebantu gak bisa paling bisa ngebantu dengan doa saja. Yang jadi sedih sekarang Herlina sedang hami 9 bulan, kebayang melahirkan dengan kondisi rumah yang rusak berat. Kami berharap kepada pemerintah rumahnya dibangun supaya gak kehujanan kedinginan dan layak dihuni," ujar Hikmah (49 tahun) tetangga.