SUKABUMIUPDATE.com - Masih ingatkah penggalan lirik lagu ini, "Harta yang paling berharga adalah keluarga, Istana yang paling indah adalah keluarga, Puisi yang paling bermakna adalah keluarga, Mutiara tiada tara adalah keluarga"
Bagi yang usia remaja di era 90-an, pastinya tidak asing lagi dengan penggalan lagu tersebut. Karena lirik lagunya merupakan cuplikan soundtrack sinetron Keluarga Cemara yang sering menghiasi layar tv pada masa itu.
Sinetron Keluarga Cemara pernah populer pada tahun 1990-an. Sinetron tersebut menggambarkan keluarga yang kaya kemudian jatuh miskin akibat penipuan. Meskipun hidupnya jadi sederhana, mereka tetap bahagia. Karena tidak patah semangat dan terus berjuang dengan sabar dan iklas dalam mengahadapinya.
Walaupun, sudah hampir dua dekade sinetron Keluarga Cemara berhenti tayang, tetapi pesan-pesan moral yang coba disampaikan hingga sekarang masih membekas di hati para penggemarnya.
Sinetron tersebut diproduksi tahun 1996 diperankan beberapa aktor. Diantaranya, Adi Kurdi (Abah), Novia Kolopaking (Emak), Ceria Hade (Teh Euis), Anisa Fujianti (Cemara atau yang disapa Ara), Pudji Lestari (Agil).
Proses produksinya, mengambil lokasi syuting di beberapa tempat di pelosok desa Sukabumi. Termasuk salah satu bangunan rumah yang berada di Jalan Karamat, kota Sukabumi.
Seperti apa sih kondisi rumahnya saat ini, berikut ulasannya
Berdasarkan informasi salah seorang saksi hidup, Edi Junaedi (46) yang juga warga sekitar mengatakan, rumah tersebut memang pernah digunakan tempat syuting sinetron Keluarga Cemara pada beberapa tahun silam."Mungkin sekira tahun 1996, cuma hanya beberapa bulan saja," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Senin (8/1/2018).
Kondisi bangunan rumahnya, kata Edi, hampir sama persis seperti dulu. Seperti bentuk bangunan, halaman dan pagarnya. "Cuma ada penambahan bangunan garasi, pemugaran lantai dan tiang, kemudian warna cat," bebernya.
Lebih lanjut Edi menjelaskan, rumah tersebut, dulunya merupakan rumah paling megah di daerah sekitar. Namun, kepemilikannya telah berganti kepada tiga tangan. "Awalnya, milik H. Iri warga asal bandung, kemudian berganti kepemilikan entah ke siapa. Terus sama orang tersebut dijual lagi. Mungkin baru lima bulan yang lalu," tutupnya.