SUKABUMIUPDATE.com - Pantai Cimaja di Desa Cimaja, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat selain memiliki keindahan alam juga menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi para wisatawan asing maupun dalam negeri, untuk bermain surfing.
Melihat potensi tersebut, Ade Rabig (49 tahun) warga Marinjungtengah RT 04/01, Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok mendapatkan ide untuk membuka peluang usaha membuat sirip fins untuk papan surfing dengan model batik.
BACA JUGA: Butuh Dukungan Modal, Perajin Sirip Papan Selancar Cisolok Kabupaten Sukabumi
Ade mengaku, ide membuat Fins untuk papan selancar tersebut berawal saat seorang pengunjung asal negara Australia memberinya papan surfing. Namun tidak dilengkapi dengan Fins (Sirip), yang pada akhirnya mencoba membuatnya sendiri.
"Dulu dikasih papan surfing sama turis Australia tanpa Fins (Sirip) nya, jadi saya bikin sendiri, dan pertama kali mulai bikin sekitar 1995, dengan memakai pipa paralon dengan cara di bakar diratain trus di bentuk Fins," beber Ade kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (11/11/2017).
Menurut Ade, hasil karyanya tersebut tidak langsung berhasil. Oleh karena itu, ia mengaku banyak bertanya pada pemilik toko perahu di seputaran Palabuhanratu, sampai akhirnya mendapat ide Fins selancarnya dari bahan Resin dan mengembangkan idenya dengan menambahkan motif batik.
BACA JUGA:Â Perajin Batu Hias Sukabumi Sulit Tembus Pasar Dunia
“Ya saat diberitahu penjual toko perahu untuk membuat Fins dengan bahan Resin saya mencobanya. Awalnya memang banyak gagal, tapi itu membuat saya semakin semangat untuk terus mencoba dan belajar dari komplain para pelanggan. Kalau ada yang komplain saya malah tambah semangat serta tertantang agar membuatnya lebih bagus lagi,†terangnya.
Setelah Ade merasa lancar dengan pembuatan Fins, sekitar 2001 baru memulai memakai motif batik dan  penjualannya bisa menembus pasar dunia.
BACA JUGA:Â Serba Rp50 Ribu, Perkakas Buatan Perajin Besi Cipicung Kabupaten Sukabumi
"Kalau pembuatan Fins motif batik itu kalau tidak salah pada 2001 lah. Rata-rata pembeli dari Bali, Lombok, Jogja, dan untuk luar negeri seperti Australia, German, Jepang, New Zealand, Usa dan Maldive," bebernya.
Hasil karya fins papan selancar dengan motif batik yang sudah mendunia tersebut, tambah Ade, di bandrol dengan harga bervariasi sesuai dengan tinggkat kesulitan pembuatannya.
"Mulai dari Rp200 ribu, sampai yang paling mahal satu juta tergantung tingkat kesulitan dan pengerjaannya. Alhamdulillah sejauh ini pemasarannya bagus, hanya saja produsiknya masih terbatas," jelas Ade Rabig.