SUKABUMIUPDATE.com - Saprudin (16 tahun), siswa MTs Nurul Mukmin yang kini duduk di bangku kelas tujuh ini alami lumpuh total.
Pasangan suami sitri (Pasutri) Adin (53 tahun), dan Isal (51 tahun) ini berharap, anaknya (Saprudin-red) bisa berobat dan mempunyai kursi roda.
BACA JUGA:Lumpuh Layu, Bocah Malang Asal Nagrak Kabupaten Sukabumi Butuh Uluran Tangan
Pasutri yang tinggal di Kampung Ciranjang Sawah RT 01/04, Desa Karangmekar, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi, merupakan keluarga sederhana. Ayah Saprudin (Adin) sehari-harinya hanya mengandalkan hidup ari berjualan cincau, dan ibunya (Isal) Cuma sebagai  ibu rumah tangga (IRT).
Mereka tidak ada biaya untuk membelikan sang buah hatinya, kursi roda, dan berobat buat kesembuhan anak ketiganya ini.
BACA JUGA:Suami Lumpuh, Warga Cibiru Kabupaten Sukabumi Ini Jadi Tulang Punggung
Menurut Isal, sejak lahir, Saprudin mempunyai kelainan. Dari kelas 2 sampai 4 SD, kata Isal, Saprudin cuma bisa berjalan, jika ada pegangan maupun tongkat untuk menahan tubuhnya.
"Saat itu masih seperti anak yang lainnya, bermain dan pakai sepeda pun bisa. Pada saat itu, ada yang namanya tabib ke rumah, menawarkan pengobatan terapi. Mereka meminta uang pengobatan, sebesar dua juta rupiah, tapi kami hanya sanggup memberikan uang enam ratus ribu rupiah, tapi tak kunjung juga ada perkembangan, malah kondisi anak saya semakin memburuk," tutur Isal, saat ditemui sukabimiupdate.com, di kediamannya, Selasa (12/9/2017).
Sayang beribu sayang, uang enam ratus ribu rupiah yang hanya mereka miliki untuk membayar tabib tersebut, tidak membuahkan hasil. Malah kondisnya semakin parah dan tidak bisa berjalan. Dari tabib tersebut, Saprudin hanya mendapatkan satu botol obat gosok warung.
BACA JUGA:Pilu, Bocah Lumpuh asal Cibadak Kabupaten Sukabumi yang Tidak Berani Bermimpi
Penyakit Saprudin pun semakin parah, kemudian kedua orang tuanya meminta rujukan ke Pustu Cimanggu, untuk membawanya berobat ke RSUD Jampang Kulon.
Sudah hampir tiga kali pulang pergi, dan sempat di rontgen di RSUD Jampang Kulon, tetapi tidak membuahkan hasil. Malahan, pihak rumah sakit sendiri memberikan saran, bahwa Saprudin harus dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, karena alasan tidak ada alat untuk terapinya.
Hingga kini, pasutri itupun belum juga membawa buah hatinya ini ke RSHS, dengan alasan untuk biaya hidup di Bandungnya tidak memadai, walaupun sebenarnya mereka mempunyai BPJS Kesehatan.
"Kalau punya sawah sih bisa di jual. Apa atuh yang bisa diharapkan, suami saya juga hanya jualan cingcau untuk kebutuhan sehari-hari," ucap Isal, dengan nada sedih.
BACA JUGA:Bapak Bisu, Ibu Lumpuh, Dua Anak Tak Sekolah karena Tiada Biaya, Warga Cioray Kabupaten Sukabumi
Perjalanan berangkat maupun pulang sekolah Saprudin, berbeda dengan anak-anak sebayanya. Dia, dari kelas 2 sampai 4 SD, sering di antar jemput oleh Ibunya, dengan digendong. Kemudian, dari kelas 4 sampai 6 SD, Saprudin di antar jemput dengan ojek.
"Hampir tujuh juta, biaya antar jemput juga. Kemarin baru mengajukan proposal permohonan kursi roda ke desa, padahal dari dulu kami mencari peluang untuk mendapatkan kursi roda," timpal Adin.
Saprudin yang mempunyai cita-cita sebagai guru ini ingin terus melanjutkan ke jenjang sekolah setinggi mungkin, namun kedua orang tuanya mengakui, bahwa Saprudin mempunyai masalah dalam fisiknya.
"Tolong pak, bu, kami ingin mempunyai kursi roda untuk anak kami. Pokoknya ke siapapun, baik pemerintah maupun orang yang dermawan, biar anak kami bisa menggapai cita-citanya, dan bisa belajar di sekolah, seperti anak lainnya," pungkas Adin, penuh harap.