SUKABUMIUPDATE.com - Mak Cacih (52 Tahun) warga Kampung Situawi, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat, tinggal di rumah yang jauh dari kata layak. Kondisi rumah yang ia tinggali puluhan tahun bersama suami dan anaknya tersebut, hampir roboh bahkan kemiringan sudah mencapai kurang lebih 45 derajat.
Sedikit masuk ke dalam, rumah itu masih berlantai tanah. Saat mengenadah keatas, atap rumah banyak yang bolong. Bila hujan turun, membuat Mak Cacih bersama keluarga harus berjibaku dengan baskom, ember dan peralatan rumah tangga yang ada untuk menampung air hujan. Sesekali mak Cicah harus menginap dirumah tetangga jika hujan lebih deras dari biasanya, bilik dan kayu penopang pun sudah rapuh.
BACA JUGA:Â Suami Lumpuh, Warga Cibiru Kabupaten Sukabumi Ini Jadi Tulang Punggung
Mak Cacih yang tinggal dengan anak laki-laki dan suaminya tersebut enggan untuk pindah lantaran pekonominya bisa disebut lemah. Suaminya hanya seorang kondektur bus tembak. Kadang bekerja kadang hanya serabutan biasa.
Dengan kondisi kehidupan seperti itu, Mak Cacih tidak bisa tinggal diam, dan harus rela membantu suaminya untuk mencukupi keluarga dengan cara bekerja dirumah tetangga sebagai kuli cuci pakaian.
"Suami saya cuma kondektur itu pun kalau ada panggilan. Kalau sendiri suka bantuin kuli nyuci dirumah orang yang membutuhkan tenaga saya," ungkapnya pilu.
BACA JUGA:Â Warga Cikakak Kabupaten Sukabumi Butuh Uluran Tangan
Mak Cacih mengku pemerintah setempat belum bisa membantunya karena terbentur status tanah yang bukan miliknya, sedangkan dia tinggal ditempat tersebut sudah turun termurun dari orangtunya.
"Katanya mereka gak bisa bantu karena tanah bukan milik saya. Kalau difoto konsidi rumah sudah sering. Namun sampai saat ini belum mendapatkan kabar. Rumah ini miring sudah setahun. Saya sangat berharap rumah ini bisa kembali seperti semula, nyaman dan tenteram. Tapi kami belum memiliki uang untuk memperbaikinya," akunya.
BACA JUGA:Â Janda Mantan Linmas Mekarsari Kabupaten Sukabumi Tinggal di Rutilahu
Sebenarnya, sebut dia, rumah tersebut ternyata ditempati oleh tiga keluarga. Sebagai pembatas antar satu keluarga, rumah ini disekat menjadi dua. Tidak ada kamar mandi yang menopang untuk menjalani keseharianya. "Yang satu lagi didiami oleh sudara,"katanya.
Harapan Cacih untuk mendpatkan bantuan ternyata terkabul. Bukan hanya dia, tiga keluarga yang ada dalam rumah yang nyaris rubuh itu akan menempati rumah susun secara gratis selama setahun.
“Tapi saya betah di sini. Kalau di rumah susun hanya terbatas waktu. Kalau sudah lewat waktu,  harus ada biaya lainya," tandasnya.