SUKABUMIUPDATE.com -Â Gencarnya promosi kawasan Geopark Ciletuh, semakin terasa dampaknya. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya kunjungan wisatawan, baik lokal maupun luar daerah ke kawasan Geopark.
Kondisi ini merupakan kesempatan positif untuk bisa mengenalkan potensi-potensi yang dimiliki Kabupaten Sukabumi. Setidaknya, kesempatan ini mampu dilihat sebagian seniman Sukabumi untuk bisa mengenalkan kembali seni-seni yang hampir punah kepada khalayak ramai.
Hal ini yang kemudian membuat Sawarga, salah satu komunitas di Sukabumi kerap melakukan pertunjukan gratis bagi para pengunjung Skydeck Panenjoan, Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas, setiap Sabtu sore.
BACA JUGA:Â Dalam Sejarahnya, Seni Tradisional Media Efektif Dakwah Islam di Sukabumi
Pertunjukan Kacapi buhun yang Sawarga lakukan semata-mata untuk mengenalkan kembali musik asli milik Urang Sunda, yang hampir punah.
Dengan materi Kacapi Baduy, sebagai Waditra Utama, Sawarga yang dikomandani Noer Ramlan (35), menyertakan juga Karinding, Tarawangsa, Toleat, dan sejumlah alat seni tradisional lainnya.
Menurut Ramlan, bertambahnya kunjungan wisatawan ke area Geopark Ciletuh, merupakan sarana gratis untuk kembali mengenalkan seni tradisi warisan para leluhur ini.
"Tidak sedikit yang merasa heran, melihat alat musik yang dimainkan. Para pengunjung yang tertarik, sering menanyakan asal alat alat musik ini, padahal sebenarnya ini alat musik milik orang Sunda, yang sudah ada sejak dulu kala," tuturnya.
BACA JUGA:Â Gerakan Bawa Gelas Sendiri, Ajakan Nyunda Modern di Sukabumi
Respon positif juga disampaikan Tri Lestari, mahasiswi Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta. Mahasiswi yang sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Ciletuh ini sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Sawarga.
Menurut pengakuannya, ia merasa kagum dengan kekayaan seni yang dimiliki orang Sunda. "Selama ini yang saya tahu, cuma Gamelan dan Angklung, tapi ternyata banyak sekali yang saya baru ketahui," ujarnya dalam kesempatan sama.
Bahkan tambahnya, hal seperti ini harusnya mendapat dukungan khusus dari pemerintah, meskipun ia lebih salut melihat kemandirian upaya pelestarian seni yang dilakukan Sawarga.