SUKABUMIUPDATE.com -Â Kekayaan seni tradisi Sunda, seakan tak ada habisnya. Beberapa kesenian bahkan terancam punah, tanpa kita pernah mengetahuinya. Hal ini dikarenakan tidak ada lagi generasi yang meneruskan kesenian-kesenian ini di tempatnya berasal, dengan kesadaran ini, dua komunitas seni di Kota Sukabumi, berinisiatif untuk terus mencari dan mendokumentasikan kesenian-kesenian tersebut agar terhindar dari kepunahan.
Adalah komunitas Sketsa dan Karasukan, yang meski memiliki latar belakang berbeda dalam bermusik, tetapi memiliki kepedulian yang sama terhadap seni tradisi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendatangi langsung daerah tempat kesenian tersebut berada, seperti kali ini enam orang dari dua komunitas ini mendatangi Kampung Cicakal di wilayah masyarakat adat Kanekes Baduy Luar, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
BACA JUGA:Â Kolaborasi Karasukan dan Sketsa di GWK Lahirkan Karya Musik Unik Sukabumi
Perjalanan panjang yang ditempuh kali ini untuk mendokumentasikan Suling Sikumbang.
Sikumbang merupakan jenis suling buhun yang hanya berada di daerah Cibeo Baduy Dalam, Sikumbang memiliki panjang sekitar 80 Centimeter (CM) terbuat dari bambu Tamiang, Sikumbang hanya memiliki tiga lubang, satu lubang peniup dan dua lubang nada. Meskipun demikian, Sikumbang dapat menghasilkan lima nada tegas yang berbeda dan sejumlah nada sisipan, meski sederhana, suara Sikumbang memiliki kesan agung berwibawa.
BACA JUGA:Â Simponi Hati, Karya Sineas Muda Kota Sukabumi Dibintangi Aktor Senior
Menurut Chanra Hardy Nugraha (27), selaku ketua tim, kedatangan mereka ke Kampung Cicakal, Baduy Luar, setelah mendapat informasi, jika di kawasan Baduy Luar ada masyarakat yang bisa membuat dan memainkan Sikumbang.
"Itu akhirnya yang membawa kami ke sini, dan beruntung tanpa kesulitan, kami bisa bertemu Kang Narja, pembuat dan pemain Sikumbang. Padahal, sebelumnya tidak ada anak muda yang memainkanya. Meskipun informasi mengenai fungsi dan peran Sikumbang dalam kehidupan masyarakat Baduy masih sangat minim, karena yang bersangkutan tidak mengetahuinya," bebernya kepada sukabumiupdate.com, seraya menambahkan, saat ini di tempat aslinya pun di kawasan Cibeo, hanya tinggal Jaro yang bisa memainkannya.
Sementara Narja (35), masyarakat Baduy Luar mengaku, jika ia belum lama bisa membuat Sikumbang. Dengan logat Baduy yang khas, Narja menceritakan awal ketertarikannya terhadap Sikumbang, berawal dari permintaan temannya.
"Ada teman saya dari kota nanya Sikumbang, karena tidak tau, saya nanya olot (Orang tua) dari Cibeo. Akhirnya, saya diajarin bikin dan niup Sikumbang," aku Narja dalam kesempatan sama.
BACA JUGA:Â Anggur Manakarra Karya Perajin Sukabumi Tembus Pasar Dunia
Lebih lanjut Narja menjelaskan, meski bukan warga Baduy Dalam, namun ia pun masih berhak atas Sikumbang. "Karuhun saya masih dari Cibeo, jadi saya hak juga untuk Sikumbang. Tapi saya tidak tau cerita dulunya, sama lagu-lagu asli Sikumbang," tuturnya.
Kondisi masyarakat Baduy saat ini memang telah sedikit berubah, anak mudanya lebih tertarik untuk menjalani hidup dengan cara modern. Hal ini sepertinya yang membuat banyak seni tradisi asli mulai ditinggalkan, padahal masih banyak seni asli yang dipercaya belum sempat terdokumentasikan dari kawasan Baduy.