SUKABUMIUPDATE.com - Di mata Kakek, Samsidi (70) dan neneknya Enih (60), almarhum Risman (14), penderita tumor atau benjolan di leher asal warga Kampung Tegalpanjang RT 003/003 Desa Sidamulya Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi ini tersimpan sejuta kenangan yang tak mungkin dilupakan begitu saja.
Almarhum (Risman-red) kata Samsidi, merupakan anak pertama dan adiknya Frida (10), di Desa Parungseah Kecamatan/Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA:Â Risman, Warga Ciemas Penderita Kanker Leher Akhirnya Meninggal Dunia di RSUD Bunut Kota Sukabumi
Saat masih berumur dua tahun lanjutnya, almarhum tinggal bersama mereka di Kampung Cikupa RT 003/004 Desa Nangela.
“Dari usia dua tahun sampai kelas enam SD (Sekolah Dasar). Sesudah keluar SD, Heri (Ayah almarhum-red) cerai sama isterinya (Elin),†ujar Samsidi diamini Enih kepada sukabumiupdate.com, saat disambangi di kediamannya di Kampung Cikupa, usai penguburan almarhum, Jumat (7/7) sore tadi.
BACA JUGA:Â Kondisi Risman, Warga Kampung Tegalpanjang Kabupaten Sukabumi Memburuk
Sehubungan pekerjaan Heri sebagai penyadap tinggal di daerah Sinarlaut Kabupaten Cianjur Sambung Samsidi, maka almarhum diurus mereka.
“Pernah diambil sama ibunya (Elin-red) waktu pulang bekerja dari Saudi, saat Risman umur delapan tahun, dan saat Elin berangkat yang kedua kalinya ke Saudi, Risman diambil lagi sama saya. Pas pulang yang kedua kalinya, Elin cerai sama Heri, waktu itu Risman usia 10 tahun lebih,†beber Samsidi.
BACA JUGA:Â Kondisi Ngedrop, Warga Kampung Tegalpanjang Kabupaten Sukabumi Batal Dibawa ke RSHS Bandung
Dan saat itulah ulang Samsidi, almarhum tinggal bersama mereka sampai kelas enam SD. “Dan Heri nikah lagi sama Yeni (31), orang Tegalpanjang Sidamulya Ciemas,†tukasnya.
Enih menambahkan, waktu bulan puasa, dirinya sempat menjenguk almarhum. “Waktu puasa, bade Lebaran nengok Risman. Saat itu, waktu mau pulang, Risman bilang, Emak, Abah, ulah lami teung, kin kadieu deui, saya bilang, ya nanti hari Jumat ke sini lagi, eh pas Jumat, Heri nelepon enjing-enjing, Risman tos pupus,†beber Enih, seraya mengingat kembali kenangannya bersama almarhum.
BACA JUGA:Â Bidan Sidamulya Kabupaten Sukabumi: Benjolan di Leher Risman Membesar Kurun Waktu Dua Bulan
Kuli ngoyos, kuli ngaramet, buat incu-incu bekal sekolah kata Enih. “Paling dua rebu. Risman kaya anak sendiri,†ucapnya sambil berurai air mata.
Almahrum Ingin Lanjutkan Sekolah
Lain halnya dengan Heri, almarhum pernah menyampaikan keinginannya untuk kembali melanjutkan sekolah.
"Pada Rabu (5/7) itu, saya mengambil keputusan untuk membawa anak saya ke Bandung. Pada pukul 20.00 WIB, kami berangkat pakai ambulan dari Puskesmas (Pusat Pelayanan Masyarakat) Tamanjaya, rencana berangkat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung," kenang Heri dalam kesempatan sama.
Tapi dari rumah juga kata Heri, sudah ngedrop, makanya langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin SH (Bunut) Kota Sukabumi.
"Di Bunut, dapat dua malam dirawat. Pas hari Jumat, pukul 05.00 WIB meninggal. Untuk biaya ke rumah sakit kan pakai KIS (Kartu Indonesia Sehat), cuma buat biaya ambulan, mintanya sih Rp1.9 juta, namun saya tawar, jadinya Rp1.6 juta," ucapnya.
Itupun kata Heri, dibayar di rumah, soalnya cari uang pinjaman dulu dari tetangga, isterinya yang pinjam ke saudaranya.
"Saya jujur, waktu dulu jarang ketemu sama almarhum, karena saya kerja nyadap, jadi pengrajin gula merah, sangat jauh di Sinarlaut Cianjur Selatan, perbatasan sama Tegalbuleud. Dia diurus sama nenek dan kakeknya, berdua sama adiknya, Frida," aku Heri dengan nada penuh penyesalan.
Karena sambung Heri, waktu itu ibunya (Almarhum) kerja jadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Saudi. "Dia (Almarhum) sangat dekat sama nenek dan kakeknya.
"Dibawa ke Kampung Tegalpanjang ini karena saya punya isteri orang sini. Ya, selepas dia keluar SD dibawa ke sini, kalau yang perempuan sama ibunya di Sukabumi," terang Heri.
Dia hanya bilang kata Heri, kalau sudah sembuh mau sekolah. "Almarhum Risman tamatan SD, di sini baru 10 bulan, rencana mau melanjutkan sekolah. Sama kakeknya juga bilang, bah mau sekolah lagi, kalau sudah sembuh, dia minta dibeliin sepatu. Dari desa Alhamdulillah, ada, juga dari pak Camat. Pas kemarin mau berangkat juga (Camat-red) ngasih bekal," tutupnya sambil tertunduk lesu mengenang kepergian putranya.